Kehidupan Dunia Hanyalah Kesenangan yang Menipu






Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berpesan kepada Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma, sambil memegang pundak iparnya ini:

كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ
Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau bahkan seperti orang yang sekedar lewat (musafir).” 
(Hadits Riwayat Al-Bukhari no. 6416)

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي اْلأَمْوَالِ وَاْلأَوْلاَدِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيْجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُوْنُ حُطَامًا وَفِي اْلآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيْدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُوْرِ

Ketahuilah oleh kalian, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan di antara kalian serta berbangga-banggaan dengan banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang karenanya tumbuh tanam-tanaman yang membuat kagum para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning lantas menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan- Nya. Dan kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Al-Hadid: 20)

Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma berkisah, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati pasar sementara orang-orang ada di sekitar beliau. Beliau melintasi bangkai seekor anak kambing yang kecil atau terputus telinganya (cacat). Beliau memegang telinga bangkai tersebut seraya berkata:

أَيُّكُمْ يُحِبُّ أَنَّ هَذَا لَهُ بِدِرْهَمٍ؟ فَقَالُوا: مَا نُحِبُّ أَنَّهُ لَنَا بِشَيْءٍ وَمَا نَصْنَعُ بِهِ؟ قَالَ: أَتُحِبُّوْنَ أَنَّهُ لَكُمْ؟ قَالُوا: وَاللهِ، لَوْ كَانَ حَيًّا كَانَ عَيْبًا فِيْهِ لِأَنَّهُ أَسَكُّ فَكَيْفَ وَهُوَ مَيِّتٌ؟ فَقَالَ: فَوَاللهِ لَلدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللهِ مِنْ هَذَا عَلَيْكُمْ

Siapa di antara kalian yang suka memiliki anak kambing ini dengan membayar seharga satu dirham?” Mereka menjawab, “Kami tidak ingin memilikinya dengan harga semurah apapun. Apa yang dapat kami perbuat dengan bangkai ini?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian berkata, “Apakah kalian suka bangkai anak kambing ini menjadi milik kalian?” “Demi Allah, seandainya pun anak kambing ini masih hidup, tetaplah ada cacat, kecil/terputus telinganya. Apatah lagi ia telah menjadi seonggok bangkai,” jawab mereka. Beliau pun bersabda setelahnya, “Demi Allah, sungguh dunia ini lebih rendah dan hina bagi Allah daripada hinanya bangkai ini bagi kalian.” (HR. Muslim no.7344)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun pernah bersabda:

لَوْ كَانَتِ الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللهِ جَنَاحَ بَعُوْضَةٍ مَا سَقَى كَافِرًا مِنْهَا شَرْبَةَ مَاءٍ

Seandainya dunia punya nilai di sisi Allah walau hanya menyamai nilai sebelah sayap nyamuk, niscaya Allah tidak akan memberi minum kepada orang kafir seteguk airpun.” (HR. At-Tirmidzi no. 2320)

Tatkala orang-orang yang utama, mulia lagi berakal mengetahui bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menghinakan dunia, mereka pun enggan untuk tenggelam dalam kesenangannya. Apatah lagi mereka mengetahui bahwa Nabi mereka Shallallahu ‘alaihi wa sallam hidup di dunia penuh kezuhudan dan memperingatkan para shahabatnya dari fitnah dunia. Mereka pun mengambil dunia sekedarnya dan mengeluarkannya di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala sebanyak- banyaknya. Mereka ambil sekedar yang mencukupi dan mereka tinggalkan yang melalaikan.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berpesan kepada Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma, sambil memegang pundak iparnya ini:

كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ
Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau bahkan seperti orang yang sekedar lewat (musafir).” (HR. Al-Bukhari no. 6416)

Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma pun memegang teguh wasiat Nabinya baik dalam ucapan maupun perbuatan. Dalam ucapannya beliau berkata setelah menyampaikan hadits Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas, “Bila engkau berada di sore hati maka janganlah engkau menanti datangnya pagi. Sebaliknya bila engkau berada di pagi hari, janganlah menanti sore. Gunakanlah waktu sehatmu (untuk beramal ketaatan) sebelum datang sakitmu. Dan gunakan hidupmu (untuk beramal shalih) sebelum kematian menjemputmu.”
Adapun dalam perbuatan, beliau radhiyallahu ‘anhuma merupakan shahabat yang terkenal dengan kezuhudan dan sifat qana’ahnya (merasa cukup walau dengan yang sedikit) terhadap dunia. Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu pernah berkata, “Pemuda Quraisy yang paling dapat menahan dirinya dari dunia adalah Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma.” (Siyar A’lamin Nubala`, hal. 3/211)

Ibnu Baththal rahimahullahu menjelaskan berkenaan dengan hadits Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma di atas, “Dalam hadits ini terdapat isyarat untuk mengutamakan sifat zuhud dalam kehidupan dunia dan mengambil perbekalan secukupnya. Sebagaimana musafir tidak membutuhkan bekal lebih dari apa yang dapat mengantarkannya sampai ke tujuan, demikian pula seorang mukmin di dunia ini, ia tidak butuh lebih dari apa yang dapat menyampaikannya ke tempat akhirnya.” (Fathul Bari, 11/282)

Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu berkata memberikan penjelasan terhadap hadits ini, “Janganlah engkau condong kepada dunia. Jangan engkau jadikan dunia sebagai tanah air (tempat menetap), dan jangan pula pernah terbetik di jiwamu untuk hidup kekal di dalamnya. Jangan engkau terpaut kepada dunia kecuali sekadar terkaitnya seorang asing pada selain tanah airnya, di mana ia ingin segera meninggalkan negeri asing tersebut guna kembali kepada keluarganya.” (Syarhu Al-Arba’in An- Nawawiyyah fil Ahadits Ash-Shahihah An-Nabawiyyah, hal. 105)

Suatu ketika Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidur di atas selembar tikar. Ketika bangkit dari tidurnya tikar tersebut meninggalkan bekas pada tubuh beliau. Berkatalah para shahabat yang menyaksikan hal itu, “Wahai Rasulullah, seandainya boleh kami siapkan untukmu kasur yang empuk!” Beliau menjawab:

مَا لِي وَمَا لِلدُّنْيَا، مَا أَنَا فِي الدُّنْيَا إِلاَّ كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا
Ada kecintaan apa aku dengan dunia? Aku di dunia ini tidak lain kecuali seperti seorang pengendara yang mencari teteduhan di bawah pohon, lalu beristirahat, kemudian meninggalkannya.” (HR. At-Tirmidzi no. 2377)

Umar ibnul Khaththab radhiyallahu ‘anhu pernah menangis melihat kesahajaan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai beliau hanya tidur di atas selembar tikar tanpa dialasi apapun. Umar radhiyallahu ‘anhu berkata:

فَرَأَيْتُ أَثَرَ الْحَصِيْرِ فِي جَنْبِهِ فَبَكَيْتُ. فَقَالَ: مَا يُبْكِيْكَ؟ فَقُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، إِنَّ كِسْرَى وَقَيْصَرَ فِيْمَا هُمَا فِيْهِ وَأَنْتَ رَسُوْلُ اللهِ. فَقَالَ: أَمَا تَرْضَى أَنْ تَكُوْنَ لَهُمُ الدُّنْيَا وَلَنَا اْلآخِرَةُ؟

Aku melihat bekas tikar di lambung/rusuk beliau, maka aku pun menangis, hingga mengundang tanya beliau, “Apa yang membuatmu menangis?” Aku menjawab, “Wahai Rasulullah, sungguh Kisra (raja Persia, –pent.) dan Kaisar (raja Romawi –pent.) berada dalam kemegahannya, sementara engkau adalah utusan Allah [2].” Beliau menjawab, “Tidakkah engkau ridha mereka mendapatkan dunia sedangkan kita mendapatkan akhirat?” (HR. Al-Bukhari no. 4913 dan Muslim no. 3676)

Dalam kesempatan yang sama, Umar ibnul Khaththab radhiyallahu ‘anhu berkata kepada Nabinya:

ادْعُ اللهَ فَلْيُوَسِّعْ عَلَى أُمَّتِكَ فَإِنَّ فَارِسَ وَالرُّوْمَ وُسِّعَ عَلَيْهِمْ وَأُعْطُوا الدُّنْيَا وَهُمْ لاَ يَعْبُدُوْنَ اللهَ. وَكَانَ مُتَّكِئًا فَقَالَ: أَوَفِي شَكٍّ أَنْتَ يَا ابْنَ الْخَطَّابِ، أُولَئِكَ قَوْمٌ عُجِّلَتْ لَهُمْ طَيِّبَاتُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا

Mohon engkau wahai Rasulullah berdoa kepada Allah agar Allah memberikan kelapangan hidup bagi umatmu. Sungguh Allah telah melapangkan (memberi kemegahan) kepada Persia dan Romawi, padahal mereka tidak beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” Rasulullah meluruskan duduknya, kemudian berkata, “Apakah engkau dalam keraguan, wahai putra Al-Khaththab? Mereka itu adalah orang-orang yang disegerakan kesenangan (kenikmatan hidup/rezeki yang baik- baik) mereka di dalam kehidupan dunia [3] ?” (HR. Al-Bukhari no. 5191 dan Muslim no. 3679)

Demikianlah nilai dunia, wahai saudariku. Dan tergambar bagimu bagaimana orang- orang yang bertakwa lagi cendikia itu mengarungi dunia mereka. Mereka enggan untuk tenggelam di dalamnya, karena dunia hanyalah tempat penyeberangan… Di ujung sana menanti negeri keabadian yang keutamaannya tiada terbandingi dengan dunia.

Al-Mustaurid bin Syaddad radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا الدُّنْيَا فِي اْلآخِرَةِ إِلاَّ مِثْلُ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ فِي الْيَمِّ فَلْيَنْظُرْ بِمَ تَرْجِعُ

Tidaklah dunia bila dibandingkan dengan akhirat kecuali hanya semisal salah seorang dari kalian memasukkan sebuah jarinya ke dalam lautan. Maka hendaklah ia melihat apa yang dibawa oleh jari tersebut ketika diangkat?” (HR. Muslim no. 7126)

Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu menerangkan, “Makna hadits di atas adalah pendeknya masa dunia dan fananya kelezatannya bila dibandingkan dengan kelanggengan akhirat berikut kelezatan dan kenikmatannya, tidak lain kecuali seperti air yang menempel di jari bila dibandingkan dengan air yang masih tersisa di lautan.” (Al-Minhaj, 17/190)

Lihatlah demikian kecilnya perbendaharaan dunia bila dibandingkan dengan akhirat. Maka siapa lagi yang tertipu oleh dunia selain orang yang pandir, karena dunia takkan dapat menipu orang yang cerdas dan berakal. (Bahjatun Nazhirin, 1/531)
Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.

Footnote :

[1] Mereka yang tertipu dengan dunia.

[2] Dalam riwayat lain yang diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim (no. 3675) disebutkan ucapan Umar ibnul Khaththab radhiyallahu ‘anhu:

فَابْتَدَرَتْ عَيْنَايَ. قَالَ: مَا يُبْكِيْكَ، يَا ابْنَ الْخَطَّابِ؟ قُلْتُ: يَا نَبِيَّ اللهِ وَمَا لِي لاَ أَبْكِي وَهَذَا الْحَصِيْرُ قَدْ أَثَّرَ فِي جَنْبِكَ وَهَذِهِ خِزَانَتُكَ لاَ أَرَى فِيْهَا إِلاَّ مَا أَرَى، وَذَاكَ قَيْصَرُ وَكِسْرَى فِي الثِّمَارِ وَاْلأَنْهَارِ وَأَنْتَ رَسُوْلُ اللهِ وَصَفْوَتُهُ وَهَذِهِ خِزَانَتُكَ

Maka bercucuranlah air mataku.” Melihat hal itu beliau bertanya, “Apa yang membuatmu menangis, wahai putra Al-Khaththab?” Aku menjawab, “Wahai Nabiyullah, bagaimana aku tidak menangis, aku menyaksikan tikar ini membekas pada rusukmu. Aku melihat lemarimu tidak ada isinya kecuali sekedar yang aku lihat. Sementara Kaisar dan Kisra dalam limpahan kemewahan dengan buah-buahan dan sungai-sungai yang mengalir. Padahal engkau (jauh lebih mulia daripada mereka, –pent.) adalah utusan Allah dan manusia pilihan-Nya, dalam keadaan lemarimu hanya begini.”

[3] Adapun di akhirat kelak, mereka tidak mendapatkan apa-apa. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَيَوْمَ يُعْرَضُ الَّذِيْنَ كَفَرُوا عَلَى النَّارِ أَذْهَبْتُمْ طَيِّبَاتِكُمْ فِي حَيَاتِكُمُ الدُّنْيَا وَاسْتَمْتَعْتُمْ بِهَا فَالْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُوْنِ بِمَا كُنْتُمْ تَسْتَكْبِرُوْنَ فِي اْلأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَبِمَا كُنْتُمْ تَفْسُقُوْنَ

Dan ingatlah hari ketika orang-orang kafir dihadapkan ke neraka, kepada mereka dikatakan, ‘Kalian telah menghabiskan kesenangan hidup (rezeki yang baik-baik) kalian dalam kehidupan duniawi saja dan kalian telah bersenang-senang dengannya. Maka pada hari ini kalian dibalas dengan adzab yang menghinakan karena kalian telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa haq dan karena kalian berbuat kefasikan’.” 
(QS. Al-Ahqaf: 20)





Hakikat Kehidupan Dunia

Hakikat hidup di dunia telah dijelaskan oleh Allah swt dalam firman-Nya, “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS Al-Hadid: 20)
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan. Melalaikan dari apa? Dari tujuan hidup yang sesungguhnya, dari tugas hidup yang sesungguhnya yaitu mengabdi kepada Allah swt. Manusia telah bersibuk dan terjebak dengan permainan yang melalaikan sehingga seluruh detik-detik hari dan nafasnya dipergunakan hanya untuk mengejar permainan ini, sehingga mereka melupakan tujuan hidup yang sesungguhnya.
Allah SWT juga berfirman, “Bermegah-megahan telah melalaikan kamu sampai kamu masuk ke dalam kubur.” (QS At-Takatsur: 1-2)
Kehidupan ini hanyalah permainan dan senda gurau, seperti anak kecil yang sedang berlomba membangun rumah-rumahan dari pasir di pantai. Ia membangun rumah-rumahan dari pasir di pantai. Ia membangun dengan serius. Ia hiasi rumah pasir itu dengan seindah-indahnya, tetapi setelah jadi, air pasang menyapunya.
Manusia layaknya anak kecil yang suka dengan barang mainan. Waktunya setiap saat habis untuk bermain-main saja. Setiap hari mereka berlomba membangun bangunan megah tinggi menjulang mencakar langit, juga rumah-rumah mewah, mobil, motor, ponsel. Manusia hampir-hampir mengusai semuanya. Tetapi sayang, semua itu hanya permainan yang kemudian hancur di sapu ombak atau disapu angin kencang, lalu hancur. Itulah kehidupan dunia.
“Perumpamaan kehidupan dunia ini laksana air yang Kami turunkan dari langit, lalu dengan air itu Allah menumbuhkan tumbuh-tumbuhan di bumi dengan subur. Tumbuh-tumbuhan itu menjadi makanan manusia dan ternak. Ketika bumi menjadi subur dan tampak indah, penanamnya mengira bahwa mereka itu mampu menguasai hasil panennya. Akan tetapi tiba-tiba pada malam harinya atau siang harinya datang adzab Kami. Kami jadikan tumbuh-tumbuhan itu musnah karena bencana. Tumbuh-tumbuhan itu seolah-olah tidak pernah ada sebelumnya. Demikianlah Kami jelaskan bukti-bukti kekuasaan Kami dengan rinci dalam Al-Qur’an kepada kaum yang mau berpikir.” (Yunus 24)
Ibnu Hajar mengatakan, “Perumpamaan kehidupan dunia adalah seperti manusia yang dilahirkan lalu tumbuh besar dan kuat. Kemudian ia berusaha mencari harta, keturunan, kedudukan dan jabatan. Setelah itu kekuatannya menurun, bertambah tua dan beruban. Tubuhnya terkena penyakit mematikan. Harta dan kehormatannya berkurang. Lantas ia mati. Tamatlah riwayatnya. Kepemilikkan hartanya dialihkan pada orang lain. Jasadnya berubah bentuk. Siklus manusia ini seperti bumi yang disiram hujan. Maka tumbuhlah rerumputan dan tanaman yang mengagumkan dan indah. Kemudian kering dan menguning, selanjutnya rusak, hancur dan akhirnya musnah.”
Wahai Muhammad, terangkan kepada orang-orang kafir perumpamaan kehidupan dunia yaitu laksana air yang Kami turunkan dari langit, lalu dengan air itu itu tumbuh-tumbuhan di atas buki menjadi subur, kemudian tumbuh-tumbuh-tumbuhan berubah menjadi kering karena hembusan angin. Allah adalah Tuhan yang berkuasa menetapkan kadar ukuran segala sesuatu. Harta dan anak hanyalah perhiasan kehidupan dunia. Melakukan amal shaleh akan mendapatkan pahala yang besar disisi Tuhanmu dan lebih dapat diharapkan kebaikannya. (Al Kahfi 45-46)
Mencari dunia secukupnya akan bermanfaat, jika berlebihan akan berbahaya. Keinginan kuat dibarengi kerja keras meraih dunia pada akhirnya pasti dunia yang diperoleh akan sirna.
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (Al-Ankabuut: 64)
Maksudnya, akhirat adalah tempat kehidupan abadi yang tidak akan pernah musnah dan tidak berkurang sedikitpun. Kehidupan dunia hanyalah fatamorgana, kesenangan yang menipu, permainan dan gurauan yang melalaikan.
Secara umum manusia hanya memandang dunia dari sisi lahiriyah saja, sesuatu yang menarik, sesuatu yang indah, sesuatu yang dapat mengangkat derajat pemiliknya. Manusia hanya mengetahui lahiriyah saja, tidak memahami hakikatnya. Karena pengetahuannya yang terbatas inilah akhirnya manusia tertipu. Dunia menjadi tujuan hidup bukan sarana hidup.

“Orang-orang kafir, hanya dapat mengerti kehidupan dunia yang tampak (fisik). Mereka selalu mengabaikan adanya hari akhirat.” (Ar Ruum :7)

cintaislam

Mereka seluruh hidupnya diperuntukkan untuk mengejar kemewahan dunia itu akhirnya menelan kekecewaan, hartanya tidak dapat memberikan manfaat sedikitpun, bahkan mencelakakannya.

Wahai manusia, sesungguhnya janji Allah itu pasti benar. Karena itu, kalian jangan terperdaya oleh kesenangan hidup di dunia. Kalian juga jangan terperdaya oleh tipuan apa pun sehingga melupakan kalian untuk taat kepada Allah (Faathir: 5)

Bila manusia telah dikuasai oleh cinta dunia, ia akan menyibukkan diri dengan dunia dan melupakan akhirat. Dia hanya bekerja untuk dunia dan lupa beramal untuk akhirat. Allah swt berfirman, “Wahai kaum mukmin, mengapa kalian merasa sangat keberatan ketika diperintahkan kepada kalian, “Pergilah berjihad untuk membela Islam? Apakah kalian lebih mencintai kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat? Padahal kesenangan dunia hanyalah sangat sedikit jika dibandingkan dengan kesenangan dunia daripada akhirat.” (At-Taubah : 38)

“Sungguh orang-orang yang tiada mengharapkan pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia semata, merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami. Bagi mereka itu tempat tinggalnya dineraka. Neraka adalah tempat tinggal bagi orang-orang yang berbuat dosa.” (Yunus: 7-8)

Kecenderungan alamiah bagi manusia untuk mencintai harta, tergila-gila dunia dan berusaha meraihnya. Sehingga ia sangat peduli dan segera mengejar dunia tanpa orientasi yang jelas. Dan akhirat pun terlupakan.

“Pada hati manusia ditanamkan rasa cinta kepada kelezatan, berupa cinta kepada perempuan, anak-anak, emas dan perak yang berkuintal-kuintal, kuda yang dijadikan tunggangan, hewan ternah dan sawah ladang. Semuanya itu hanyalah kesenangan hidup sementara di dunia. Padahal tempat tinggal yang terbaik bagi manusia hanyalah disisi Allah. Wahai Muhammad, katakanlah, “Wahai manusia, maukah kalian aku beritahukan adanya hal yang lebih baik daripada semua kesenangan dunia ini? Bagi orang-orang yang bertakwa kepada Allah dan bertauhid, mereka akan mendapatkan surga di sisi Tuhannya. Dibawah surga itu mengalir sungai-sungai. Penguni surga kekal di dalamnya dan mendapatkan istri-istri yang suci serta keridhaan dari Allah. Allah Maha Mengetahui semua perbuatan hamba-Nya.” (Ali-Imran: 14-15).





Saudaraku tercinta! Anda telah tahu bahwa dunia ini kenikmatannya hanyalah cobaan. Hidup di sana penuh dengan dengan kesengsaraan. Orang-orangnya selalu dirundung kecemasan dan ketakutan. Takut akan nikmat yang bakal lenyap. Cemas terhadap musibah yang selalu datang dengan tiba-tiba, atau takut akan kematian yang tak terduga. Hidup di dunia selama apa pun, tetaplah sangat pendek dalam pandangan Allah. Dan setiap orang dari kita pasti akan bertemu dengan Allah. Ini adalah sebuah janji yang tak bisa dipungkiri. Jika kita melihat malam, selama apapun kegelapan, sebenarnya lagi pasti datang fajar menyingsing. Demikian juga hidup seseorang. Selama apapun hidup di dunia, lambat laun ia pasti bakal masuk ke dalam kuburan.
Allah swt telah menyingkap tabir dunia yang seperti fatamorgana ini. Hakikat hidup di dunia telah dijelaskan oleh Allah swt dalam firman-Nya.

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (QS Al-Hadid[57]20)


Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan. Melalaikan dari apa? Dari tujuan hidup yang sesungguhnya, dari tugas hidup yang sesungguhnya yaitu mengabdi kepada Allah swt. Manusia telah bersibuk dan terjebak dengan permainan yang melalaikan sehingga seluruh detik-detik hari dan nafasnya dipergunakan hanya untuk mengejar permainan ini, sehingga mereka melupakan tujuan hidup yang sesungguhnya

2013-lamborghini-veneno-preview-300x225


Bermegah-megahan telah melalaikan kamu sampai kamu masuk ke dalam kubur. (QS At-Takatsur1-2)
Kehidupan ini hanyalah permainan dan senda gurau, seperti anak kecil yang sedang berlomba membangun rumah-rumahan dari pasir di pantai. Ia membangun rumah-rumahan dari pasir dipantai. Ia membangun dengan serius. Ia hiasi rumah pasir itu dengan seindah-indahnya, tetapi setelah jadi, air pasang menyapunya.
Manusia layaknya anak kecil yang suka dengan barang mainan. Waktunya setiap saat habis untuk bermin-main saja. Setiap hari mereka berlomba membangun bangunan megah tinggi menjulang mencakar langit, juga rumah-rumah mewah, mobil, motor, Hp. Manusia hampir-hampir mengusai semuanya. Tetapi sayang, semua itu hanya permainan yang kemudian hancur di sapu ombak atau disapu angin kencang, lalu hancur. Itulah kehidupan dunia


Perumpamaan kehidupan dunia ini laksana air yang Kami turunkan dari langit, lalu dengan air itu Allah menumbuhkan tumbuh-tumbuhan di bumi dengan subur. Tumbuh-tumbuhan itu menjadi makanan manusia dan ternak. Ketika bumi menjadi subur dan tampak indah, penanamnya mengira bahwa mereka itu mampu menguasai hasil panennya. Akan tetapi tiba-tiba pada malam harinya atau siang harinya datang adzab Kami. Kami jadikan tumbuh-tumbuhan itu musnah karena bencana. Tumbuh-tumbuhan itu seolah-olah tidak pernah ada sebelumnya. Demikianlah Kami jelaskan bukti-bukti kekuasaan Kami dengan rinci dalam Al-Qur’an kepada kaum yang mau berpikir. (Yunus 24)

Ibnu Hajar mengatakan, “Perumpamaan kehidupan dunia adalah seperti manusia yang dilahirkan lalu tumbuh besar dan kuat. Kemudian ia berusaha mencari harta, keturunan, kedudukan dan jabatan. Setelah itu kekuatannya menurun, bertambah tua dan beruban. Tubuhnya terkena penyakit mematikan. Harta dan kehormatannya berkurang. Lantas ia mati. Tamatlah riwayatnya. Kepemilikkan hartanya dialihkan pada orang lain. Jasadnya berubah bentuk. Siklus manusia ini seperti bumi yang disiram hujan. Maka tumbuhlah rerumputan dan tanaman yang mengagumkan dan indah. Kemudian kering dan menguning, selanjutnya rusak, hancur dan akhirnya musnah



embun 


Wahai Muhammad, terangkan kepada orang-orang kafir perumpamaan kehidupan dunia yaitu laksana air yang Kami turunkan dari langit, lalu dengan air itu itu tumbuh-tumbuhan di atas buki menjadi subur, kemudian tumbuh-tumbuh-tumbuhan berubah menjadi kering karena hembusan angin. Allah adalah Tuhan yang berkuasa menetapkan kadar ukuran segala sesuatu. Harta dan anak hanyalah perhiasan kehidupan dunia. Melakukan amal shaleh akan mendapatkan pahala yang besar disisi Tuhanmu dan lebih dapat diharapkan kebaikannya.(Al Kahfi 45-46)

Mencari dunia secukupnya akan bermanfaat, jika berlebihan akan berbahaya. Keinginan kuat dibarengi kerja keras meraih dunia pada akhirnya pasti dunia yang diperoleh akan sirna
Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui (Al ‘Ankabuut 64)
Maksudnya akhirat adalah tempat kehidupan abadi yang tidak akan pernah musnah dan tidak berkurang sedikitpun. Kehidupan dunia hanyalah fatamorgana, kesenangan yang menipu, permainan dan gurauan yang melalaikan.
Secara umum manusia hanya memandang dunia dari sisi lahiriyah saja, sesuatu yang menarik,sesuatu yang indah, sesuatu yang dapat mengangkat derajat pemiliknya. Manusia hanya mengetahui lahiriyah saja, tidak memahami hakikatnya. Karena pengetahuannya yang terbatas inilah akhirnya manusia tertipu. Dunia menjadi tujuan hidup bukan sarana hidup.

Orang-rang kafir, hanya dapat mengerti kehidupan dunia yang tampak (fisik). Mereka selalu mengabaikan adanya hari akhirat (Ar Ruum 30]7)

Mereka seluruh hidupnya diperuntukkan ntuk mengejar kemewahan dunia itu akhirnya menelan kekecewaan, hartanya tidak dapat memberikan manfaat sedikitpun, bahkan mencelakannya

Wahai manusia, sesungguhnya janji Allah itu pasti benar. Karena itu, kalian jangan terperdaya oleh kesenangan hidup di dunia. Kalian juga jangan terperdaya oleh tipuan apa pun sehingga melupakan kalian untuk taat kepada Allah (Faathir 5)

Bila manusia telah dikuasai oleh cinta dunia, ia akan menyibukkan diri dengan dunia dan melupakan akhirat. Dia hanya bekerja untuk dunia dan lupa beramal untuk akhirat. Allah swt berfirman:"

Wahai kaum mukmin, mengapa kalian merasa sangat keberatan ketika diperintahkan kepada kalian, “Pergilah berjihad untuk membela Islam? Apakah kalian lebih mencintai kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat? Padahal kesenangan dunia hanyalah sangat sedikit jika dibandingkan dengan kesenangan dunia daripada akhirat. (at-Taubah 38)


89e28-islamedia-co-hamas


Sungguh orang-orang yang tiada mengharapkan pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia semata, merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami. Bagi mereka itu tempat tinggalnya dineraka. Neraka adalah tempat tinggal bagi orang-orang yang berbuat dosa. (Yunus 7-8)

Kehidupan dunia ini bagi orang-orang kafir hanyalah untuk bersenang-senang dan hiburan. Sungguh akhirat adalah tempat kehidupan yang sebenarnya, jika orang-orang kafir mau menyadari di mana tempat kehidupan sebenarnya (QS Al Ankabut [29]64)

Wahai kaum mukmin, kalian menghandaki kekayaan dunia, sedang Allah menghendaki pahala akhirat untuk kalian. (QS Al-Anfal[8]67)

Mereka bergembira dengan keidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu dibandingan dengan kehidupan akhirat hanyalah kesenangan yang sedikit (Ar-Ra’d 26)

Kecenderungan alamiah manusia mencintai harta, tergila-gila dunia dan berusaha meraihnya. Sehingga ia sangat peduli dan segera mengejar dunia tanpa orientasi yang jelas. Dan akhirat pun terlupakan

Wahai manusia janganlah begitu. Bahkan kalian mencintai kehidupan dunia dan kalian mengabaikan akhirat. (al-Qiyamah 20-21)

Manusia sangat besar cintanya kepada harta (al-Adiyat 8)

Pada hati manusia ditanamkan rasa cinta kepada kelezatan, berupa cinta kepada perempuan, anak-anak, emas dan perak yang berkuintal-kuintal, kuda yang dijadikan tunggangan, hewan ternah dan sawah ladang. Semuanya itu hanyalah kesenangan hidup sementara di dunia. Padahal tempat tinggal yang terbaik bagi manusia hanyalah disisi Allah. Wahai Muhammad, katakanlah, “Wahai manusia, maukah kalian aku beritahukan adanya hal yang lebih baik daripada semua kesenangan dunia ini? Bagi orang-orang yang bertakwa kepada Allah dan bertauhid, mereka akan mendapatkan surga di sisi Tuhannya. Dibawah surga itu mengalir sungai-sungai. Penguni surga kekal di dalamnya dan mendapatkan istri-istri yang suci serta keridhaan dari Allah. Allah Maha Mengetahui semua perbuatan hamba-Nya (ali-Imran 14-15)

Dunia bukan tempat menetap

Rasulullah saw memberitahu kita bahwa dunia hanyalah sebuah kenikmatan sementara yang menipu. Beliau memperingatkan kita agar tidak banyak berangan-angan atau menginginkan yang bukan-bukan. Pada suatu hari Umar bin Khatab masuk ke rumah Rasulullah saw, disana ia melihat Rasulullah saw sedang berbaring diatas sebuah tikar, sampai lekukan tikar itu membekas di punggung beliau bantalnya hanya berisi rerumputan dan saat Umar melihat keatap rumah beliau, ia tidak mendapatkan atap apapun selain kain yang sangat usang. Umar langsung menangis saat melihat keadaan Rasulullah saw yang sedemikian rupa. Kemudian Rasulullah saw bertanya kepada Umar, “Kenapa kau menangis wahai Umar? Umar menjawab : Kisra dan Kisar yang kafir hidupnya sangat enak, dipenuhi dengan kesenangan dunia, tapi engkau adalah utusan Allah yang lebih mulia dari mereka semua dari cara hidupmu sangat sederhana seperti ini hanya tidur di atas tikar? Nabi menjawab : Wahai putera Khatab tidak! Tidak relakah kamu bahwa segala kesenangan dunia itu milik mereka sekarang tapi saat di akhirat kita yang akan menguasainya. Apakah kau masih meragukan hal itu wahai puteria Khattab? Ketahuilah! Mereka itulah orang-orang yang kenikmatannya disegerakan di dunia, tapi di akhirat hanya penderitaan pedihlah yang mereka dapatkan.

Tidur di Kamar Mewah Marie Antoionette

Wahai Muhammad, janganlah kamu terpesona oleh kesenangan-keksenangan yang Kami berikan kepada golongan-golongan kafir pencinta dunia. Kesenangan dunia merupakan perhiasan dunia itu Kami jadikan sebagai ujian bagi manusia. Adapun karena Tuhanmu di akhirat kelak jauh lebih baik dan amat kekal (QS. Thaahaa : 20)

Orang-orang kafir jangan beranggapan bahwa kesenangan dunia yang telah kami karuniakan kepada mereka lebih baik bagi mereka. Kesenangan dunia yang telah Kami karuniakan kepada mereka hanyalah men ambah besarnya dosa mereka. Orang-orang kafir akan mendapatkan adzab yang sangat menghinakan mereka di akhirat (QS Ali Imran[3]178)

Tujuan hidup orang-orang kafir Cuma makan dan minum seperti binatang. Prioritas mereka dalam kehidupan ini hanyalah makan dan kesenangan hidup. Allah menggambarkan mereka dalam kitab-Nya.

Dan orang-orang kafir itu bersenang-senang di duni dan mereka makan seperti makannya binatang-binatang. Dan neraka adalah tempat tinggal mereka (QS Muhammad 12)

Sesungguhnya kehidupan telah memperdaya sehingga mereka mengira bahwa limpahan rezeki yang diberikan Allah menujukkan atas ridha-Nya. Orang-orang jahiliyah mengira bahwa anak dan harta yang di berikan kepada mereka merupakan kemuliaan bagi mereka dan Allah tidak mengadzab mereka sehingga mereka berkata

emas

Para pembesar negeri itu berkata, “Kami adalah golongan yang lebih banyak harta dan anak. Kami tidak akan ditimpa siksa di akhirat. Wahai Muhammad, katakanlah, “Hanya Tuhanku yang memegang kendali rezeki. Tuhankulah yang melapangkan atau menyempitkan rezeki bagi siapa saja sesuai kehendak-Nya. Namun sebagian besa manusia tidak memahami kekuasaan Allah untuk mendengendalikan rezeki”. Wahai manusia, harta dan anak-anak kalian sama sekali tidak dapat menjadikan kalian dekat kepada Kami. Orang-orang yang dapat dekat kepada Kami hanyalah orang-orang yang beriman dan beramal shalih. Di akhirat kelak, orang-orang yang beriman dan beramal shalih akan mendapat pahala berlipat ganda atas amal yang mereka lakukaun didunia. Mereka tinggal dengan aman di tempat-tempat tinggi di surga. (QS Saba; 35-37)

Kemudian firman Allah :
Wahai Muhammad, “Katakanlah; Tuhanku yang melapangkan rezeki bagi hamba-Nya sesuai kehendak-Nya. Harata apapun yang kamu dermakan, pasti Allah akan memberikan gantinya di dunia dan di akhirat. Allah adalah Tuhan sebaik-baik pemberi rezeki QS Saba; 39)

Banyak harta, anak, dan kekayaan bukan merupakan bukti kecintaan Allah kepada hamba, tetapi kadang orang-orang kafir diberi banyak harta untuk istidraj (mengeluelukannya). Dalam sebuah hadist disebutkan.
“Sesungguhnya Allah memberikan dunia kepaeda orang yang Dia cintai dan tidak Dia cintai, sedangkan agama tidak diberikan kecuali kepada orang yang Dia cintai (HR Ahmad)

Maka tidak dibenarkan kemewahan dunia dijadikan dalil atas kemuliaan pemiliknya di sisi Allah, tetapi kemuliaan hamba di sisi Allah bisa dilihat dari amal shlehnya, baik dia kaya atau miskin. Itulah makna kemudliaan di sisi Allah. Padahal kaya dan miskin itulah ujian yang Allah berikan kepada manusia,
Setiap makhluk yang bernyawa pasti mengalami kematian. Wahai manuisa, kalian akan diuji dengan nasib baik dan nasib buruk untuk menguji keiamanan kalian. Kalian kelak pasti dikembalikan kepada Kami (QS Al-Anbiya[21]35)

Saudaraku! Hadist ini adalah nasihat dari Nabi saw bagaimana cara hidup yang baik di dunia. Beliau menegaskan bahwa seorang mukmin tidaklah patut menjadikan dunia sebagai negeri atau rumah menetapnya, yang senantiasa puas dan sangat cinta dengan berbagai kegermalapannya. Seharusnya yang dilakukan seorang mukmin adalah menjadikan dunia ini seperti pohon yang ia berteduh, beristirahat sebentar di bawahnya dan segera bersiap-siap untuk pergi meneruskan perjalanan. Ibarat kata seperti terminal bis, atau stasiun kereta api.

Rasulullah saw bersabda, “Sungguh! Dunia tidaklah begitu berarti bagiku, keadaanku di dunia adalah seperti seorang penunggang kuda dalam perjalanan dan meninggalkan pohon tersebut (HR Tirmidzi, Ibnu Majah & Ahmad)

Gambaran hadist diatas agar para pebisnis yang selalu memikirkan bisnisnya, para penguasa yang selalu sibuk dengan jabatannya, atau kaya yang selalu membangun rumah yang indah agar menjadi ingat bahwa ia hidup di dunia ini tidaklah selama-lamanya.

Diriwayatkan oleh Anas bin Malik ra Rasulullah saw pernah bersabda, “”Ya Allah, jangan hidupkan aku kecuali kehidupan akhirat (hidup yang dibarengi dengan melakukan segala perintah Allah swt (HR Abu Dawud & Ibnu Majah)

Ibnu Umar ra berkata, “Hiduplah di dunia seolah-olah kamu sperti pendatang atau seorang musafir. Setelah itu ibu Umar berkata, “Jika sedah masuk pagi maka jangan menunggu waktu sore. Manfaatkanlah waktu sehatmu sebelum datang waktu sore. Manfaatkanlah waktu sehatmu sebelum datang waktu hidupmu sebelum datang kematianmu (HR Bukhari & Muslim)

Imam An-Nawawi berkata dalam menejelaskan hadis di atas, “Jangan sekali-kali kamu menumpahkan seluruh hati kepada dunia dan menjadikannya sebagai tempat tinggal badai. Jangan bisiki jiwamu untuk tinggal lama di dunia dan jangan melanggar hak-hak orang lain disebabkan oleh dunia. Jangan gantungkan dirimu kepada dunia kecuali seperti seorang pendatang yang tidak punya tempat tinggal. Dan jangan sibukkan dirimu untuk dunia kecuali seperti kesibukan seorang musafir yang akan meneruskan perjalanannya untuk menemui keluarganya.

Fudhail bin Iyadh berkata, “Seorang mukmin didunia berada dalam keadaan cemas dan sedih…yang ada dalam benaknya hanyalah bekal perjalanan. Siapa saja yang berada didunia dengan hati seperti itu, maka tidak ada yang menyibukkannya kecuali menyiapkan diri dengan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya ketika ke nergeri asalnya. Dia tidak akan pernah ingin berlomba dengan penduduk asli yang asing baginya dalam mendapatkan kedudukan (kemuliaan) tidak pula merasa takut dengan kedudukan yang rendah dihadapan mereka.

Ali bin Abi Thaib berkata, “Dunia datang dalam keadaan berpaling, dan akhirat datang dalam keadaan menghadap. Maka, jadilah kamu sebgai putra-putra akhirat. Jaganlah menjadi putra-putra dunia. Sesungguhnya hari ini adalah amal, sedang esok adalah hisab (penghitungan amal)

Beliau juga pernah berkata, “Wahai dunia, wahai barang yang murah! Engkau aku thalaq tiga, thalaq yang tidak ada rujuk baginya. Apa yang padamu adalah hina. Usaimu sangat pendek dan perjalanmu panjang. Sungguh menyakitkan buasnya kesenangan dunia, jauhnya perjalanan dan pertemuan dengan kematian.”
Pada suatu ketika Al-Hawariyyin (para pengikut Nabi Isa as.) bertanya kepada beliau, “Siapakah gerangan para wali Allah yang tidak bersedih dan tidak merasa aman di hari Kiamat? Berliau menjaab, “Mereka dalah orang-orang yang senantiasa mencermati keadaan dunia dengan seksama saat manusia menikmati kelezatan semu yang sementara. Mereka meninggalkan berbagai perhiasan indah yang banyak diidamkan orang. Kesibukan mereka hanyalah mencari-cari barang-barang yang banyak dilalaikan dan dilupakan manusia. Mereka selalu bersedih setiap mendapatkan kenikmatan dunia yang banyak dicari orang, dan sebaliknya, sangat merasa bahagia tatkala tidak mendapatkan perhiasan yang banyak di idamkan orang-orang itu. Mereka tahu bahwa dunia ini hanyalah kenikmatan sementara, sehingga tidak sibuk membangun rumah megah atau menumpuk kekayaan melimpah. Mereka menyimpan semua hartanya di akhirat, agar kelak saat datang di rumah yang barui itu, mereka tidak lagi miskin layaknya orang-orang kaya di dunia saat ini. Mereka terus mengingat mati dan membuang jauh-jauh kenikmatan dunia. Kesaharian mereka hanyalah beribadah dan berdzikir kepada Allah swt.”
Maksud beribadah disini Allahu a’lam bukan seperti ditafsirkan kebanyak orang sufi yang hanya tinggal di masjid beribadah saja dan tidak bekerja untuk mencari nafkah sama sekali. Tapi ibadah di sini mencakup banyak hal. Jika seorang bekerja mencari harta yang halal dengan tujuan mengidupi keluarga, anak istri atau untuk berinfaq, maka ini termasuk ibadah. Karena ibadah itu bukan sekedar sebatas shalat, zakat, puasa dan haji saja.

Ibnu Qayyim berkata, “Jika memang hakikat dunia seperti ini, maka zuhud dan mengambil sedikit harta (tak banyak mengumpulkannya) adalah suatu hal yang harus dilaksanakan setiap orang beriman. Dan seorang mukmin sejati tidak akan terkumpul dalam hatinya rasa cinta kepada Allah atau rasa cinta kepada akhirat dengan rasa cinta kepada Rasul dengan rasa cinta kepada musuh beliau, tidak akan penah berkumpul selama-selamanya. 

Dan cukuplah sebagai pelajaran bagi kita bahwa Rasulullah makhluk termulia di dunia ini, beliau pernah ditawai seluruh kerajaan dan perhiasan dunia. Padahal jika beliau menerima, beliau pasti bisa mensyukurinya dan pahala beliau di akhirat tetap tidak akan berkurang sedikit pun. Tapi kenyataanya beliau lebih memilih hidup muskin dan sederhana, beliau lebih memillih sehari kenyang sehari lapar. Dan saat beliu wafar, baju besinya berada di tangn seorang Yahudi sebagai jaminan atas hutang beliau pinjam darinya. Hutang itu untuk membeli makanan buat keluarga baliau.”

Ibnu Jauzi berkata, “Dunia ada di belakang dan akhirat ada di hadapan Anda. Hanya orang celaka sajalah yang lari ke belakang dan mencari-cari barang yang sudah tidak ada. Hanya orang bodoh sajalah yang selalu mencari dunia. Ketahuilah! Dunia diciptakan agar Anda melewatinya. Agar Anda bersiap-siap saat di sana. Bukan untuk tinggal di dalamnya. Janganlah gembira saat Anda mendapatkannya, karena Anda pasti bersedih saat berpisah dengan dunia itu setelah sekian lama hidup bersama dan menikmatnya.

Hasan Al Basri berkata,”Seorang mukmin di dunia bagiakan orang asing yang tapi tidak pernah berputus asa dengan kepapaannya dan tidak pernah berlomba untuk mendapatkan kemuliaan dunia layaknya orang-orang yang bukan musafir. Karena dia tahu dirinya adalah orang asing, keadaannya lain dengan manusia pada umumnya

Fuhail bin Iyadh saat mengisahkan seorang mukmin yang satu hidup didunia selalu dirundung kesedihan. Kesehariannya hanya membuah jauh-jauh perhiasan dunia, yangia pikirkan hanyalah akhirat. Dan siapa pun yang seperti ini keadaannya, ia tak akan bersaing dengan penduduk dunia dalam mencapai perhiasan. Ia tak pernah bersedih saat melihat orang kaya dan tak pernah gelisah ketika tidak mendapatkan harta

Hasan Basri pernah menulis surat kepada Umar bin Abdul Aziz yang berbunyi, “Ketahuilah! Sesungguhnya dunia adalah tempat berjalannya para musafir dan bukan tempat tinggal mereka. Dunia adalah tempat ujian dan bencana! Ingatlah! Adam diturunkan ke permukaan bumi karena hukuman dari Allah atas kesalahannya, maka berhati-hatilah Amirul Mukminin! Bekal terbaik di dunia adalah meninggalkan jauh-jauh. Sedangkan memperkaaya harta di dunia menyebabkan kefakiran di akhirat. Dunia, setiap keadaanya hanyalah kenikmatan yang menipu. Akan menjadi hina setiap orang yang mengangungkan dunia, dan menjadi miskin setiap orang yang menumpuk-numpuk hartanya. Sekali lagi, waspadahalh terhadap dunia yang hanya berupa khayalan, yang hanya beripa kenikmatan dan pasti sirna.”

Pada suatu hari, ada seorang lelaki yang masuk ke dalam rumah Abu Dzar ra. Orang itu memandang tiap sudut Abu Dzat tapi ia tak mendapatkan perlengkapan rumah tangga sedikitpun. Ia bertanya kepada Abu Dzar, Mana perabot rumah tangga kalian?” Abu Dzar menjawab, “Kami mempunyai rumah lain yang seluruh perabotnya, kami simpan di sana (akhirat). Orang itu berkata, “Ya. Tapi selama kalian masih di sini, kalian harus memiliki barang-barang seperti itu” Abu Dzat menjawab “Benar! Tapi yang memiliki dunia ini tidak mengizinkan kami untuk berlama-lama tinggal di sini dan sewaktu-waktu Ia pasti memanggil kami.

Khalifah Harus Al-Rasyid saat membuat bangunanan kokoh dan megah di Bagdad. Lalu mengundang para penyair untuk datang kepanya supaya memujinya. Maka para penyair pun datang semua. Terakhir, datanglah Abu Al-Athahiyah, seorang penyair yang zuhud terhadap dunia, beliau membacakan syair

Hidup penuh damai bahagai
Dibawah maungan istana
Yang megah indah
Maka, Khalifah Harun Ar-Rasyid bangga dan senang mendengar bait tersebut. Lalu ujarnya, “Tambahkanlah dengan bait yang lain. Abu Al-Athahiyah menambahkan dengan bait berikut,
Apa yang engkau inginkan
Berjalan lancar
Mengiringi perputaran pagi dan petang.”
Bacakanlah bait lainnya. “Kata Harun Ar-Rasyid. Abu Al-Athahiyah pun mengucap,
Bila nafas bergelombang
Ditenggorokan
Dengan hembusan yang menyesakkan dada
Maka kala itu yakinlah engkau
Bahwa hidup ini hanya
Pada alam permainan yang sementara.”
Mendengar bait ini, menangislah Khalifah hingga pingsan!

Abdullah bin Aizar berkata, “Anak Adam mempunyai dua rumah hunian; Rumah hunian yang berada di atas bumi dan rumah hunian yang berada di bawah bumi. Mereka berusaha mempercantik dan memperindh hunian yang berada di atas bumi, mereka membuat pintu-pintu menghadap sebelah kiri, pintu-pintu menghadap sebelah kanan, dan mereka berusaha membuat penghangat untuk musim dingin dan membuat pendingin (AC) untuk musim panas. Kemudian berusaha membuat rumah hunian yang berada dibawah bumi, ternyata malah merusaknya. Lalu ada yang datang berkata, “Sudahkah kamu berpikir? Rumah yang berada dia atas bumi sementara kamu bangun dengan megah. Berapa lama kamu tinggal di dalamnya? Dia menjawab, “Tidak tahu secara persis.” Dan sedangkan rumah hunian yang berada di bawah bumi kamu rusak, berapa lama kamu akan tinggal di tempat itu? Dia menjawab, “Aku akan tinggal di tempat itu hingga hari Kiamat. Maka orang tersebut berkata kepadanya, “Bagaiamana kamu bisa merasa tidak bersalah dengan tindakanmu itu, sementara kamu seorang hamba yang berakal sehat?”
Perumpamaan dunia ialah seperti seorang yang menyiapkan rumah, menghiasinya dan melengkapinya dengan segala interiornya dan isinya. Manusia diundang ke rumah tersebut. Setiapkali tamu masuk, ia dipersilahkan duduk diatas sofa yang mewah dan empuk, dihidangkan dengan piring mewah yang terbuat dari emas diatasnya makanan yang paling enak seperti daging, disuguhkan didepannya dengan tempat-tempat yang mewah, didalamnya terdapat apa saja yang yang dibutuhkannya dan dilayani oleh pegawainya. Orang yang berakal memahami bahwa itu semua ialah perhiasan pemilik rumah tersebut kemudian ia menikmati perabotan tersebut dan jamuannya. Ia tidak menggantungkan hatinya dengan rumah tersebut dan tidak menyuruh hatinya untuk memiliki perabot-perabot rumahnya. Hubungan dirinya dengan tuan rumah adalah sebatas hubungan tamu. Ia duduk di tempat yang ia disuruh duduk didalamnya, makan apa yang dihidangkan kepadanya dan tidak menanyakan yang lain. Ia menyadari tuan rumah begitu baiknya,begitu mulianya dan apa yang ia perbuat terhadap para tamunya. Jadi ia masuk ke rumah tersebut dalam keadaan mulia, meninggalkan dalam keadaan terhormat dan meninggalkan rumah dalam keadaan terhormat dan mulia dan sipemilik rumah tidak akan mencelanya.

Adapun orang bodoh ia berbicara dengan jiwanya untuk menerap di rumah tersebut, semua isi rumah berpindah tangan kepadanya, mengendalikannya sesuai dengan syahwatnya dan keinginannya. Ia menginginkan ruang pertemuan hanya dikhususkan untuk dirinya untuk memilikinya dan hanya sendiri yang diberikan. Pemilik rumah melihat yang ia perbuat dengan kemuliaan akhlaknya menghalangi untuk mengusirnya dari rumah. Tamunya dengan penuh keyakinan menguasai semua isi rumah, mengendalikan rumah dan semua isi rumahnya yang ada didalam sebagaimana pemiliknya menetap didalamnya dan menjadikan sebagai rumahnya, tiba-tiba pemilik rumah mengirim pegawainya kemudian mereka mengeluarkan dengan paksa, merampas apa yang ia sembunyikan dan tidak mendapatkan sedikitpun dari isi rumah. Ia mendapat marah besar, murka besar sama pemilik rumah, pegawai-pegawai dan pelayannnya. Sebagai orang bodoh dan tamu yang tidak tahu diri.
Abdullah bin masud berkata,”Setiap orang didunia ini adalah tamu dan kekayaannya adalah pinjaman. Setiap tamu itu pergi dan pinjaman itu harus dikembalikan!

Hasan Al Bari mengatakan,”Jangan terperdaya dengan gedung dan tempat yang bagus. Karena tak ada tempat yang lebih baik dari surga. Dan dahulu di dalam surga kita Adam as pernah hidup di surga, tapi lihatlah kondisi akhirnya! Jangan terperdaya dengan banyak ibadah yang engkau lakukan. Karena iblis dulu juga melakukan ibadah, bagaimana keadaan selanjutnya! Jangan terperdaya dengan kagum melihat orang shalih. Karena tak ada orang yang lebih mulia dari Rasulullah saw, tapi ternyata orang-orang kafir dan munafiq tidak mengambil manfaat dari kemuliaan Rasulullah

Umpamakan dunia itu sebagai perempan penyusu dan akhirat sebagai seorang ibu. Tidakkah kalian melihat bayi yang berada dalam asuhan perempuan penyusu, setelah tumbuh dewasa dan mengenal ibunya, dia akan meninggalkan perempuan penyusu itu dan kembali pada pelukan ibunya? Sesugguhknya akhirat adalah ibu kalian yang hampir saja menarik kalian.

Malil bin Dinar berkata, “Sesunggunya Allah menjadikan dua sebagai negeri pelarian dan akhirat sebagai negeri tempat menetap, maka berbekallah untuk negeri tempat menetap kalain dan keluarkanlah dunia dari hati-hati kalian sebalum badan kalian keluar darinya (mati). Janganlah kalian membuaka aib-aib kalian di hadapan Dzat yang mengetahaui semua rahasia kalian. Kalian dihidupkan didunia, tetapi untuk selainnya (akhirat). Hanyasanya permisalan dunia seperti racun. Orang yang tidak mengetahui akan memakannya dan orang yang tahu akan menjauhinya. Dunia ibarat ular, jika disentuh lembut tetapi di dalam mulutnya ada racun yang mematikan. Orang-orang yang berakal akan mewaspadainya, sedangkan anak kecil akan mendatangi dan mempermainkan ular itu dengan tangan-tangan mereka.

Kehidupan dunia ini bagi orang-orang kafir hanyalah untuk bersenang-senang dan hiburan. Padahal kehidupan akhirat jauh lebih baik bagi orang-orang yang takut akan siksa Allah. Wahai manusia mengapa kalian tidak mau menggunakan akal kalian untuk memahami betapa pentingnya menyiapkan bekal kehidupan akhirat? (QS. Al-An’aam 32)
Wahai Muhammad, katakanlah, janganlah matamu melirik kesenangan-kesenangan dunia yang bermacam-macam, yang Kami berikan kepada orang-orang kafir. Janganlah kamu bersedih melihat kesenangan itu diberikan kepada mereka. Hendaklah kamu berlaku santun kepada orang-orang mukin (QS Al-Hijr [15]88)

Ibnu Muthi memandang rumahnya terkagum-kagum dengan keindahannya lalu ia menangis dan berkata Demi Allah jika tidak ada kematian niscaya aku senang denganmu. Jika kamu bisa menjadi penolong dari sempitnya kuburan niscaya kami senang dengan kehidupan duni kemudian ia menangis dengan keras 

Diriwayatkan oleh Ahmad bahwasanya ketika Umar pergi ke nergeri Syam maka dia berjumpa dengan banyak orang dan pembesar negeri Syam. Kemudian Umar berkata, “Dimanakah saudaraku?” Mereka menjawab,”Dia akan segera datang kepadamu.” Ketika Abu Ubaidah datang, Umar langsung memeluknya. Kemudian Umar diajak masuk ke rumah Abu Ubaidah. Namun di rumahnya. Umar tidak melihat sesuatu kecuali pedang, perisai dan kantong air untuk bepergian. Maka Umar berkata, “Mengapa kamu tidak mengambil dari harta rampasan perang seperi temen-temanmu? Abu Ubaidah menjawab, “Wahai Amirul mukninin, ini sudah cukup bagiku.
Kebutuhan terhadap dunia sangat kecil

Diantara faktor yang menuntut amal akhirat lebihdisegerakan dan lebih diperbanyak daripada amal dunia adalah, bahwa kebutuhan manusia terhadap dunia sangat kecil dan terbatas. Manusia dapat memenuhinya dengan mudah, dengan jalan biasa dan usaha yang seadanya. Tetapi manusia dengan syahfat, ketamakan serta ambisinya membesar-besarkan kebutuhan tersebut, menjadikannya sebagai kebutuhan pokok yang mendesak dan menyikapinya secara berlebihan. Hingga akhiranya dunia menengelamkan seluruh pikiran, waktu dan usahanya. Akhirat dinomerduakan. Padahal sejatinya perhatian terbesar dicurahkan pada akhirat, tanpa mengabaikan dunia. Allah swt berfirman

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi (al-Qashash 77)

Pada ayat ini seakan-akan bagian dunia terlupakan dan Allah lah yang mengingatkan kita. Hendaknya dunia menjadi sarana yang mengantarkan kira meraih kebahagiaan akhirat, bukan sebagai tujuan akhir.
Diantara faktor utama yang mengharuskan amal akhirat lebih disegerakan dan lebih diperbanyak daripada amal dunia adalah bahwa akhirat lebih utama, lebih kekal dan lebih agung. Bahwa tenggelam dalam rahmat Allah dan ridha-Nya itu lebih baik daripada dunia seisinya.

Wahai Muhammad katakanlah,”Kesenangan dunia itu sangat remeh, sedangkan pahala akhirat jauh lebih baik bagi siapa saja yang takwa, taat kepada Allah dan bertauhid. Wahai kaum mukmin kalian sedikitpun tidak akan diperlakukan secara zhalim (QS. An-Nisaa : 77)
Wahai orang kafir ternyata kalian memilih kesenangan hidup didunia daripada kehidupan akhirat.      Padahal kehidupan akhirat lebih baik dan kekal. (Al-A’Laa [87:16-17)

Hasan Basri berkata, “Aku menemukan sekelompok kaum yang tidak merasa bahagia dengan kemewahan dunia yang datang kepadanya. Dan mereka tidak bersedih atas kekayaan dunia yang hilang dari dirinya. Harta dunia dalam pandangan matanya lebih hina daripad debu.
Diceritakan bahawa Nabi Isa as pernah berkata,”Cinta dunia adalah sumber kesalahan. Didalam harta kekayaan, terdapat penyakit yang banyak sekali. Orang-orang disekitar bertanya,”Apakah penyakit itu? Pemiliknya tidak akan selamat dari sifat berbangga diri dan angkuh. Bagaimana jika bisa selamat? Nabi Isa as menjawab,”Dia akan sibuk mengurusnya dan melupakan dzikir kepada Allah”

Cinta dunialah yang memakmurkan neraka dengan dipenuhi oleh para pelakunya. Zuhud terhadap dunialah yang memakmurkan surga dengan para pelakunya. Mabuk karena dunia lebih berbahaya daripada mabuk karena minum arak. Seorang yang mabuk karena dunia akan sadar saat sudah diliang lahat
Yahya bin muadz berkata,”Dunia itu arak setan, Barangsiapa yang mabuk karenanya niscaya tidak akan sadar sampai berada diantara orang-orang mati, menyesal bersama orang-orang merugi

Paling tidak cinta dunia akan melengahkan seseorang dari cinta kepada Allah swt dan berdzikir kepadaNya. Nah barangsiapa yang dilengahkan oleh harta bendanya, dia termasuk kelompok orang-orang yang merugi. Dan hati jika telah lalai dari dzikirullah, pasti akan dikuasai setan dan disetir sesuai dengan kehendaknya. Setan akan menipunya sehingga ia merasa telah mengerjakan kebaikan padahal ia baru melakukan sedikit saja.

Yunus bin abdul a’la berkata,”Dunia itu hanya bisa diibaratkan sebgai seorang laki-laki yang tertidur. Dia bermimpi melihat hal-hal yang disukainya dan juga dibencinya lalu ia terbangun
Sesuatu yang paling mirip dengan dunia adalh bayang-bayang. Disangka memiliki hakikat yang tetap, padahal tidak demikian. Dikejar digapai, sudah pasti tidak akan pernah sampai.
Dunia juga sangat mirip dengan fatamorgana, orang yang kehausan menyangkanya sebagai air, padahal jika ia mendektanya ia tidak akan mendapati sesuatu pun. Justru yang ia dapati adalah Allah dengan hisabNya dan Allah sangat cepat hisabNya

Ibrahim An-Nakh’ie berkata,”Sesungguhnya orang-orang saleh sebelum kamu, menjadikan kepentingan dunia itu dari sisa kelebiham amalnya yang diperutukkan bagi akherat. Sedangkan dirimu sekarang ini justru menanjadikan kepentingan akherat dari sisa kelebihan urusan dunia

Ibrahim An-Nakh’ie berkata,” Para fakir masuk surga lebih dulu sebelum hartawan. Perumpamaan mereka sepeti halya dua kapal yang hendak berlayar di lautan. Kapal pertama kosong tanpa muatan, oleh petugas pelabuhan diiizinkan berlayar tanpa pemeriksaan, karena tiadanya muatan dan barang. Kapal kedua sarat dengan muatan yang dibawanya, dikatakan oleh petugas pelabuhan,”Tahan dulu kapal kapal itu sampai selesai pemeriksaan!

Ibrahim at-tamimi berkata,” Aku membayangkan diriku ini berada dalam api neraka, leher, tangan dan kakiku terbelenggu oleh besi yang membara. Sekelilingku api yang menjilat-jilat dan aku makan pohon zaqun sedang minumanku dari cairan nanah yang mengalir dari daging dan kulit neraka. Kemudian aku berkata kepada diriku sendiri. Apa yang engkau inginkan dalam keadaanmu yang seperti sekarang ini? Diriku menjawab,’Keinginanku adalah kembali kedunia kemudian aku akan mengerjakan amalan-amalan yang dapat menyelematkan diriku dari derita siksa ini?

Setelah itu aku membayangkan bahwa diriku berada dalam surga bersamaku adalah bidadari yang berbusana sundus dan istabraq (sutera tipis tembus pandang dan sutera tebal menyejukkan) Kemudian aku berkata pada diriku sendiri, ‘Apa yang kuinginkan setelah berada dalam suasana yang demikian nikamatnya ? Diriku menjawab,”Keinginanku adalah kembali ke dunia, aku akan lebih lebih tekun beramal agar aku dapat menambah kenikmatan-kenikmatan dari yang kuperoleh sekarang ini.

Uwais Al-qarni dengan penuh rasa gembira mengungkapkan, “Sesungguhnya di hadapan kita terbentang jalan menuju ke bukit yang sulit dicapai. Tidak seorang pun yang berhasil sampai ke puncaknya, kecuali mereka yang ringan semoga Allah swt memberi rahmatNya kepadamu!
Ahlulllah menganggap dunia ini tiada manfaatnya untuk diperebutkan, walaupun siserakah menginginkanya, tidak pernah menguasainya. Rezeki didunia sduah ada ketentuannya yang diperutukkan bagi seseorang, mustahil dipeoleh orang lain. Begitupun sebaliknya. Itulah sebabnya untuk apa pula menyiksa diri dengan berambisi meraih yang bukan menjadi ketentuan bagi dirinya, dan kepada yang memperolehnya walaupun tanpa mengejarnya niscaya juga menghampirinya
Ada dua macam orang yang tersiksa di dunia, seorang yang memperoleh karunia kekayaan, ia menderita karena sibuk untuk mengurusinya. Dan orang miskin yang tidak disapa didunia, hatinya merasa terhimpit karena derita yang menimpanya

Ibrahim an-nakie yang telah menerima uang sebanyak dua puluh ribu dirham. Uang itu serta merta disedekahkan semuanya. Orang-orang bertanya,”Mengapa tidak engkau simpan untuk anak-anakmu kelak? Dijawab oleh Ibrahim an-nakie, aku menyimpan untuk diriku dan kutitipkan anak-anakku kepada Allah
Abu darda berkata”Jika ada kalian berani bersumpah ada seorang yang paling zuhud diantara kalian aku berani bersumpah dialah yang terbaik diantara kalian”

Kepada para tabi’in, abdullah bin mas’ud berkata,”Kalian benar-benar lebih banyak amalnya dari pada para sahabat Rasulullah. Tetapi mereka lebih baik dari pada kalian karena mereka lebih zuhud terhadap dunia
Dunia mirip juga dengan nenek tua peyot dan sama sekali tidak cantik. Ia ingin menikah dan berdandan, dipakainya seluruh perhiasan. Dtutupi segala kekurangan. Orang hanya melihat tampilan luarnya pasti tertipu
Hasan basri mengatakan,”Betapa indahnya dunia ini bagi seorang mukmin, karena beramal sedikit saja dan mengambil bekalnya disana menuju surga. Dan betapa buruknya dunia ini bagi orang kafir dan munafik karena keduanya menyiayiakan malam di dunia dan dunia menjadi bekal mereka menuju neraka
Asy –sya’bi berkata,”Tiada seseorang di dunia yang meninggalkan sesuatu, kecuali diberi ganti oleh Allah di akhirat dengan yang lebih baik

Abu ahawan ar-Rainiy pernah ditanya, apakah yang dimaksud dengan dunia yang dicela oleh Allah di dalam al-qur’an, yang setiap orang yang berakal mesti menjauhinya? Beliau menjawab,”Segala yang engkau dapatkan di dunia untuk dunia itulah yang tercela. Dan segala yang engkau dapatkan di dunia untuk akhirat maka itu tidak tercela.

Saida bin jubat mengatakan, Kesenangan yang menipu adalah apa saja yang melalaikanmu maka dari mencari akhirat. Adapun yang tidak melalaikanmu maka itu bukan kesenngan yang menipu tetapi kesenangan yang akan mengantarkan kepada kesenangan yang lebih baik lagi
Ibnu Al-Munkadir Kelezatan dunia ini tingggal tersisa tiga perkara yaitu qiyamul lail, berjumpa dengan ikhwan (saudara seiman) dan shalat jamaah

Ibnu Qayyim al-Jauziyah,”Ingat, memburu harta itu bagaikan berburu binatang di hutan rimba yang penuh atau berenang di lautan yang penuh pemangsa

 Usaman bin Affan berkata : Orang yang meninggalkan perhiasan dunia akan di cintai Allah swt, orang yang meniggalkan dosa akan di cintai malaikat dan orang yang tidak tamak terhadap kaum muslimin akan dicintai sesama kaum muslimin

 Al-Fudhail berkata,”Seadainya dunia dari emas yang sirna dan akhirat itu dari tembikar yang kekal niscaya kita harus memilih tembikar yang kekal daripara emas yang sirna. Apa jadinya jika kita memilih tembikar yang sirna daripada emas yang kekal?

 Imam Syafii mengingatkan agar kita tidak terbius oleh pesonanya yang menipu,”Barangsiapa sedang mencicipi kelezatan dunia yang sesaat, ketahuilah justru di situlah aku pernah merasakan pahit getirnya kehidupan. Bagiku pesona dunia adalah tipu daya yang penuh dengan kedustaan, bagaikan fatamorgana ditengah pada sahara

 Ibnu Qayyim menjelaskan,”Orang yang mencintai akhirat akan menjadikan kenikmatan dunianya sebagai sarana mencapai kenikmatan akhiratnya. Ia akan mengisi hatinya hanya dengan ibadah kepada Allah dan siap meninggalkan sebagai kenikmatan dunia untuk memperolah kenikmatan akhirat.

 Aun bin Abdullah berkata,”Kedudukan dunia dan akhirat di dalam hati seperti dua papan timbangan, bila salah satu memberat maka papan yang lain akan menjadi ringan.

 Abudullah bin umat mengatakan,”Dunia sebenarnya surga orang kafir dan penjara orang mukmin. Dan sesungguhnya gambaran orang mukmin ketika dirinya di keluarkan dari penjara seperti orang yang dulunya mendekam di panjara lalu dibebaskan meloncat-loncat kegirangan dan bersenang-senang di alam bebas.
 Dalam khutbahnya umar bin abdul aziz mengatakan,”Dunia itu sesungguhnya bukan tempat yang kekal untuk kita. Allah sendiri telah menakdirkannya fana dan kepada para penghuninya telah digariskan hanya melewati saja. Berapa banyak orang yang membangun dengan kokoh setelah beberapa waktu akhirnya roboh dan berapa banyak orang yang hatinya telah tercuri, ingin hidup menetap akhirnya harus meninggalkannya. Maka usahakanlah perjalanan dari dunia itu dengan sebaik-baiknya dengan bekal terbaik yang anda miliki. Berbekalah, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Bila dunia memang bukan tempat untuk menetap bagi orang mukmin, maka dia harus menempatkan dirinya pada salah satu dari sikap-sikap berikut. Harus bersikap seakan-akan orang asing yang menetap disebuah negeri asing yang tujuannya semata-mata mengumpulkan bekal untuk pulang ketanah airnya atau bersikap seakan-akan seorang pengembara yang sama sekali tidak menetap sepanjang hari dia harus berjalan menuju sebuah negara tempatnya menetap kelak.

 Ibnu ‘Ahaillah dalam Al-Hikam mengatakan,”Bahwa Allah swt menjadikan akhirat sebagai tempat untuk membalas para hamba-Nya yang beriman, karena dunia yang fana ini tidak dapat memuat apa yang kepada mereka hendak Dia berikan, dan karena kebaikan mereka terlalu tinggi bila harus di balas di dunia yang tidak berkekalan (tidak abadi)

 Yahya bin Mu’adz al-Razi melukiskan orang yang melakukan persiapan sebelum memasuki persinggahan pertamanya sabagai manusia yang berbahagia,”Berbahagialah orang yang meninggalkan dunia sebelum dunia meninggalkannya; berbahagialah orang yang membangun kuburan sebelum ia di masukan ke liang kubur dan berbahagialah orang yang ridha bertemu Rabbnya sebelum di panggil menemuiNya

 Utsaman bin Affan berkata,”Ambisi dunia adalah kegelapan dalam hati dan ambisi akhirat adalah cahaya dalam hati

 Hasan al-Bashri berkata jika dunia menjadi pusat kehendak pilihan dan tujuan maka dapat mengakibatkan enam sangsi, tiga didunia dan tiga lagi diakherat tiga didunia yaitu : angan-angan yang tidak ada habisanya, ketamakan yang hebat bisa berkobar-kobar sehingga tidak ada qanaah sedikit pun, dicabut kelezatan ibadah darinya adapun tiga di aherat ialah : kegonjangan pada hari kiiamat, kekerasan dalam hisab dan kerugian yang berkepanjangan

 Imam Ghazali mengemukakan sebauh perumpamaan tentang kaum spirtualis yang telah bertekad meninggalkan dunia untuk kepentingan akhirat seperti antara sepotong roti dan keduduakan yang tinggi di sebuah kerajaan, “Tidak ubahnya seperti orang yang dihalangi anjing di sebuah pintu istana raja ketika ia hendak memasuki nya untuk memangku jabatannya yang tinggi. Kemudian dengan cerdik orang tersebut melempar sepotong roti ke arah anjng tersebut hiangga ia asyik dengan sepotong rpti itu. Dalam situasi itu ia lantas masuk ke istana raja dan memperoleh kedudukan yang tinggi di sisi raja
Ibnu qayyim dalam al-Fawa’id menyatakan bahwa pintu taufik tertutup bagi manusia oleh enam hal yaitu tidak mensyukuri nikmat, mencintai ilmu tanpa mengamalkannya, berbuat dosa dan mengakhirkan taubat, bersahabat dengan orang shaleh tetapi tidak meneladani perbuatan mereka, mengakui rendahnya dunia tetapi memburunya dan mempercai akhirat tetapi meremehkannya

 Hasan al Banna mengatakan,”Sesungguhnya suatu bangsa jika hidupnya tenggelam dalam kenikmatan duniawi, terbiasa berhuru-hara dalam kegemerlapan, tenggelam dalam pengagungan materi, terfitnah oleh gemerlap kehidupan dunia, melalaikan keharusan untuk menghadapi berbagai kesulitan, mengananggulangi berbagai bahaya dan berjuang dalam kebenaran, maka katakanlah selamat jalan kepada kemulian dan harapan-harapannya

 Duad Ath-Tha’iy berkata,” Jadikanlah dunia seperti hari di mana anda melakukan puasa kemudian berbuka pada saat mati”

 Siapa ahli fikih itu, Al Hasan menjawab,”Orang yang zuhud di dunia yang cinta terhadap akhirat, mengetahui persis agamanya dan giat dalam beribadah, inilah ahli fikih itu
 Syaikh Abdul Qadir al-Jailani, seperti diungkap kembali dalam kitab Mawa’izh al-Syaikh ‘Abd al-Qadir al-Jailani, “Minuman dan biusan dunia telah memabukkan dan memotong tangan dan kaki orang yang menggandrunginya. Ketika biusnya hilang, barulah ia sadar dan dapat melihat apa yang telah dilakukannya kepada dirinya.”

 Dalam sebuah riwayat disebutkan munajat Nabi Musa As yang menyebut firman Allah yang berbunyi, ”Sesungguhnya Aku melindungi wali-wali-Ku dari kenikmatan dunia dan kesenangannya, sebagaimana penggembala yang menyayangi dan melindungi untanya dari tempat gembalaan yang membahayakannya. Sesungguhnya Aku akan menjauhkan mereka dari kesenangan dunia dan kegemerlapannya, sebagaimana juga penggembala yang menyayangi untanya dan menjauhkan dari tempat gembalaan yang membuatnya lalai. Dan tidaklah hal itu karena kelalaian mereka terhadap-Ku melainkan supaya mereka menyempurnakan bagian mereka dari kemuliaan-Ku dengan sempurna, sehingga dunia tidak melalaikan mereka dan hawa nafsu tidak memadamkan semangat ibadah mereka.” (HR, Ahmad).

 Abu darda berkata, “Sesungguhnnya orang-orang sebelum kalian telah mengumpulkan harta yang melimpah, membangun bangunan yang kokoh, berangan-angan yang begitu jauh. Namun akhirnya apa yang mereka kumpulkan menjadi kehancuran, bangunan mereka menjadi kubur dan angan-angan mereka menjadi tipu daya angan kosong tanpa kenyataan”

 Al-Hasan Al-Bashry berkata, Demi yang jiwaku yang ada di tangannya, aku mengetahui beberapa kaum yang menurut mereka kehidupan dunia terasa lebih ringan dari debu yang mereka jalan selama perjalanan.
 Yahya bin Mu’adz berkata,”Wahai anak Adam, anda meminta kehidupan dunia seperti orang yang dituntut harus mendapatkanya, sedangkan usaha anda untuk kehidupan akhirat seperti orang yang tidak membutuhkannya. Padahal kehidupan dunia sudah cukup anda dapatkan meski bukan yang utama, sedangkan akhirat baru anda dapatkan dengan usaha, maka pikirkanlah
 Yunus alai telah menjelaskan sifat-sifat dunia ,”kehiduapan dunia hanya bisa disamakan dengan orang yang tidur dalam mimpinya melihat hal-hal yang ia senangi sekaligus di benci, tapi ketika sedang menikmatinya tiba-tiba terjaga

 Al hasan berkata, “Orang mukmin di dunia bagai tawanan yang berusaha melepaskan diri dari jeratannya, yang tidak akan pernah merasa tenang sampai bertemu dengan Allah
 Ibnu Mas’ud mengatakan, di dunia orang itu tak lebih dari seorang tamu, yang barangya didapat dari pinjaman, Disaat sang tamu mohon pamit tentu uangnya harus dikembalikan
 Umar bin Khatab berkata, “Celaka orang yang keinginannya adalah dunia, besar perutnya sedikit kecerdasannya. Tahu perkara dunia tapi buta perkara akhirat. Umar pernah menulis surat kepada Abu Musa, “Sesungguhnya anda tidak akan mendapatkan amalan akhirat dengan sesuatupun yang lebih mulia dari zuhud di dunia”

 Abu Hazim beliau mengatakan : Seandainya kahidupan dunia hanya dapat dimasuki sesorang yang meninggalkan semua kesenangan dunia niscaya akan sangat mudah menjauhinya. Tapi bagaiamana, terkadang bisa masuk surga dengan meninggalkan sebagian dari seribu kesenangan dan terkadang bisa selamat dari api neraka hanya dengan mempertahankan satu bagian dari seribu yang sangat dibenci.

 Al-Hasan mengatakan, “Sesungguhnya orang yang paling gampang hisabnya kelak pada hari kiamat adalah orang-orang yang selalu menghitung-hitung diri mereka sendiri semasa di dunia karena Allah, sehingga mereka hanya berpikir tentang kehendak dan amalnya. Bila yang mereka kehendaki karena Allah semata, dikerjakan. Tapi bila berdasarkan dunia mereka menahan diri, Sedangkan hisab yang berat adalah atas orang-orang yang mengerjakan amalan-amalan dunia dengan serampangan, dikerjakan begitu saja tanpa dihitung-hitung kembali. Tapi ternyata Allah telah menghitung timbangan biji-biji dzarr kemudian membacakan, “Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula ) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya, dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis) Dan Rabbmu tidak menganiaya seorangpun (Al-Kahfi : 49)

 Ikatlah jiwa kalian dengan tali kekang, halualah dosa-dosa dari hati kalian dan bacalah lembaran-lembaran ibrah dengan lisan pemahaman. Wahai orang yang ajalnya selalu mengikuti dan yang harapannya telah dari hadapan, berhati-hatilah! Wahai orang yang gemar tidur, berapa tahun telah kalian habiskan? Dunia seluruhnya adalah mimpi belaka. Yang termanis dari dunia adalah rangkain mimpi (Ibnu Qoyim)

 Ibnu qoyim berkata : Ketika orang-orang yang sadar tahu nilai kehidupan dunia dan kedudukanya yang rendah, mereka mematikan hawa nafsu untuk mencari kehidupan yang abadi. Takala bangun tidur mereka langsung bersemangat (untuk beribadah) seperti menghadapi musuh di zaman perang, ketika jalan yang mereka tempuh sudah jauh, tampaklah apa yang mereka tuju, sehingga jarak yang tadinya jauh menjadi dekat. Setiap kali mereka mearasakan pahitnya kehidupan, mereka menghibur diri dengan firman Allah, “Mereka tiadak disusahkan oleh kedasyatan yang besar (pada hari kiamat) dan mereka disambut oleh para malaikat. (malaikat berkata), Inilah harimu yang telah dijanjikan kepadamu

 Saudaraku, tahukah anda bahwa dunia sementara, kenikmatannya akan berubah menjadi kepanasan dan gemerlapan adalah kerugian. Agama akan berkurang setiap kali istana bertambah. Jangan kalian terperdaya karena sudah banyak orang yang tertipu oleh mewahnya kendaraan. Putuskan cinta anda terhadap dunia dan katakan bahwa aku telah membunuhnya (Ibu Jauzi)

 Ibnu Qoyim berkata,”Siapa yang tidak menangisi dunia yang ada padanya, maka akhirat tidak akan tertawa kepadanya

 Ibrahim At-Taimi berkata,”Betapa jauh perbedaan antara kalian dan para salaf? Keduniawian mendatangi mereka lalu mereka lalai, sementara kalian ditinggalkan dunia, tetapi malah mengikutinya
Anak paman Muhammad bin wai’ berkata, Empat tanda kesengsaraan : hati yang keras, mata yang jumud, panjang angan dan tamak dunia

 Kata orang shaleh,”Tinggalkan dunia untuk penggemarnya sebagaimana mereka membiarkan akhirat untuk penggemarnya. Jadilah kamu didunia seperti lebah jika makan dia memakan makanan yang baik dan jika jatuh diatas sesuatu dia tidak merusak dan tidak menghancurkan

 Abu Abdullah al_Tirmidzi dalam AL-Amtsal min Al-Kitab wa al sunnah mengutip perumpamaan dari kelangan selafussalih tentang keterpedayaan seseorang terhadap pesona dunia,”Perumpamaan dunia dan tertipunya orang-orang bodoh olehnya adalah layaknya bayi dalam ayunan yang disusui ibunya yang ditutupi selimut sambil didendangkan senandung yang membobokannya hingga dia tertidur lelap. Begitulah dunia yang kenikmatan dan kelezatannya akan menyusui orang yang mengejarnya, hawa nafsnuya akan menutupinya, membuainya dengan harapan-harapan, menina bobokannya lalu ia tertidur dan lalai dari urusan akhirat. Bila angan-anganya semakin panjang, tidurnya semakin nyenyak pula. Dalam tidurnya itu, dia akan disiram racun yang ganas, yaitu cinta keapda dunia sehiangga dia akan mabuk kepayang dengan kelezatannya. Pada saat yang bersamaan kerakusannya bergolak sehingga merusak agamnya, sebagaimana seorang ibu memberi anaknya dengan khamar sehingga tidurnya semakin nyenyak dan menjadi seperti orang yang sedang mabuk. Jika dia tidak diobati maka anak itu akan mati

Nabi saw bersabda, “Barangsiapa yang hatinya diakhiri dengan perasaan cinta dunia dan merasa tentram kepadanya maka diirinya akan dipenuhi oleh kesibukan yang kesusahan tidak pernah selesai, oleh angan-angan yang tidak berujung dan oleh ketamakan yang tidak ada bandingannya.
Isa bin Maryam berkata, “Dunia adalah kebun bagi iblis dan penduduknya adalah petani yang bekerja di kebun iblis.

Ali bin Abu thalib berkata, “Dunia bagaikan ular, lembut sentuhannya, tapi racunnya membunuh. Maka palingkan dirimu dari dunia yang membuatmu kagum karena jarang sekali ia menemanimu.
Hilangkanlah kegilaanmu terhadap dunia, karena engkau yakin akan berpisah dengannya. Jadilah orang yang paling waspada terhadap dunia sementara engkau menyukai segala isinya. Jika seseorang berteman dengan dunia dan ia merasa tenang dengan kebahagiaan yang diperoleh darinya, maka aan muncul kepadanya sesuatu yang tidak disukai. Jika orang yang seseorang merasa tentram dengan dunia, maka ketentraman akan dihapus oleh rasa keterasingan.

Seorang ahli balagoh mengatakan, “Dunia tidak jernih untuk diminum, tidak kekal untuk dijadikan sahabat, tidak pernah sepi dari fitnah, dan tidak pernah bebas dari malapetaka, maka berpalinglah darinya sebelum ia berpaling darimu, carilah gantinya sebelum dunia mencari ganti dirimu. Sesungguhnya kenikmatan dunai akan berpindah, keadannya akan berganti-ganti, kelezetannya akan musnah, dan konsekwensinya akan kekal.
Seorang ahli hikmah berkata, “Lihatlah dunia dengan pandangan orang yang tidak membutuhkannya, yang selalu siap untuk berpisah dengannya. Janganlah mengharapkannya seperti pengharapan orang yang sangat merindukannya.

  Dunia adalah fatamorgana yang tak berujung dan malam yang pekat. Orang yang mencari kehidupan dunia seperti orang yang minum air laut, setiap kali bertambah air yang direguk setiap itu pula bertambah haus.
 Para ulama berkata,”Cinta dunia itu pangkal segala kesalahan dan pasti merusak agama dari berbagai sisi :

 Pertama
Mencintainya akan mengkibatkan mengagunggkannya. Padahal di sisi Allah dunia sangat lah remah. Adalah termasuk dosa terbesar, mengagungkan sesuatu yang dianggap remeh oleh Allah

Kedua
Allah telah melaknat, memurkai dan membencinya, kecuali yang ditujukan kepadaNya. Barangsiapa mencintai sesuatu yang telah dilaknat, dimurkai dan dibenci oleh Allah berarti ia menyediakan diri untuk mendapat siksa, kemurkaan Allah dan juga kebencianNya

Ketiga
Orang yang cinta dunia pasti menjadikannya sebagai tujuan akhir dari segalanya. Ia pun akan berusaha semampunya untuk mendapatkannya. Padahal seharusnya ia melakukan itu untuk sampai kepada Allah, sampai ke akhirat. Ia telah membalik urusan dan juga hikmah. Dalam hal ini ada dua kesalahan. Pertama, ia menjadikan sarana sebagai tujuan. Kedua, ia berusaha mendapatkan dunia dengan amalan akhirat. Bagaimana ini adalah sesuatu yang terbaik, keliru dan buruk. Hatinya benar-benar terbalik, keliru dan buruk. Hatinya benar-benar terbalik total. Allah berfirman,

Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Tetapi diakherat tidak ada lagi mereka bagian selain neraka. Dan sia-sialah apa-apa yang mereka perbuat di dunia dan batallah apa-apa yang mereka amalkan (Hud 15-16)

Hadist-hadist yang menjelaskan tentang inipun banyak salah satunya hadist Abu Hurairah tentang tiga orang yang pertama kali dijilat api neraka. Yang jihad, orang yang bersedekah dan orang yang membaca al-qur’an. Mereka mengerjakan amalan itu untuk mendapatkan dunia dan kekayaannya (HR. Muslim)
Mengerikan sekali mereka yang cinta dunia akan menghalangi sesorang dari pahala, bisa merusak amal dan bahkan bisa menjadikan orang yang pertama kali masuk neraka

Keempat
Mencintai dunia akan menghalangi seorang hamba dari aktivitas yang bermanfaat untuk kehidupan diakherat. Ia akan sibuk dengan apa yang dicintainya

Sehubungan dengan ini manusia terbagi menjadi beberapa tingkatan
  1. Ada diantara mereka disibukkan oleh kecintaannya dari iman dan syariat
  2. Ada yang sibukkan dari melaksanakan kewajiban-kewajibannya
  3. Ada yang disibukkan, sehingga meninggalkan kewajiban yang menghalanginya untuk meraih dunia walaupun ia masih melaksanakan kewajiban yang lain
  4. Ada disibukkan sehingga tidak melaksanakan kewajiban dengan sebaik-baiknya. Dikerjakan bukan pada waktu yang tepat
  5. Ada juga yang disibukkan sehingga kewajiban yang dilaksanakan baru sekedar lahirnya saja. Para pecinta dunia sangatlah jauh dari ibadah, lahir dan batin
  6. Paling tidak seorang pecinta dunia akan melalaikan hakikat kebahagiaan seorang hamba, yaitu kosongnya hati selain untuk mencintai Allah dan diammnya selain berdzikir kepadNya. Juga, ketaatan hati dan lisan dengan Rabbnya
Begitualah kerinduan dan kecintaan kepada dunia pasti membahayakan kehidupan akhirat. Demikian pula sebaliknya

Kelima
Mencintai dunia menjadikan dunia sebagai harapan terbesar seorang hamba. Anas bin malik ra meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda,”
“Barangsiapa mengharapkan akhirat, Allah akan menjadikan kekayaan di hatinya dan menghimpun seluruh urusannya untuknya, serta dunia akan datang kepadnya dalam keadaan tunduk. Adapun siapa yang mengharapkan dunia, Allah akan menjadikan kefakiran di depan matanya dan mencerai beraikan urusannya, serta dunia tidak akan datang kepadanya kecuali sudah ditakdirkan baginya

Keenam
Pecinta dunia adalah manusia dengan adzab yang paling berat, Mereka disiksa di tiga negeri, didunia, di barzah dan di akhirat. Didunia mereka diadzab dengan kerja keras untuk mendapatkannya dan persainan dengan orang lain. Di alam barzah meeka diadzab dengan perpisahan kekayaan dunia dan kerugian yang nyata atas apa yang mereka kerjakan. Disana tidak sesuatu yang menggantikan kedudukan kecintaannya kepada dunia. Kesedihan, kedukaan dan kerugian terus menerus mencabik-cabik ruhnya, seperti halnya cacing dan belatung melakukan hal yang sama pada jasadnya

Ketujuh
Orang yang rindu dan cinta kepada dunia sehingga lebih mengutamakannya dari pada akhirat adalah makhluk yang paling bodoh dungu dan tidak berakal. Karena mereka mendahulukan impian dari pada kenyataan, mendahulukan kenikmataan sesaat dari pada kenikmatan abadi dan mendahulukan negeri yang fana dari pada negeri yang kekal selamanya. Mereka menukar kehidupan yang kekal itu dengan kenikmatan semu. Manusia yang berakal tentunya tidak akan tertipu dengan hal semacam ini. Sebagian salaf melantunkan sebait syair

Wahai penghuni dunia yang akan habis dan fana
Sungguh, tertipu oleh naungan yang bakal sirna