Kasih Sayang dan Cinta Allah Kepada Kita







Bagaimana Cinta Kasih Sayang Allah Kepada Kita..



RENUNGKANLAH...!!!


Mengapa kita sering merasa malas dan berat dalam melaksanakan ibadah dan amal-amal soleh? Jawabannya adalah karena tidak adanya rasa cinta dalam hati kita terhadap Allah SWT.

Cinta merupakan motivasi dan energi yang sangat penting dalam mendorong seseorang untuk patuh dalam melaksanakan suatu perintah, atau mencegah suatu larangan. Untuk dapat menumbuhkan rasa cinta kita kepada Allah SWT kita harus mengenal dulu tentang cinta Allah kepada kita sebagai hamba-Nya.



Cinta Allah Terhadap Hamba-Nya dalam Al-Qur'an


Quote:

“ Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamaNya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (5:54)


Dalam ayat diatas kita lihat Allah mendahulukan cinta-Nya kepada hambanya daripada cinta hamba-Nya terhadap-Nya. Padahal Allah SWT sendiri tidak memerlukan untuk mencintai hamba-Nya atau dicintai. Cinta Allah Terhadap Hamba-Nya Dalam Hadith Qudsi...




Dalam Haditsh Qudsi Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam Bersabda :"


Quote:

Allah SWT berkata: “Kalau Allah SWT mencintai seorang hamba, maka beliau memanggil Jibril. “Wahai Jibril! Aku mencintai si fulan, maka cintailah dia. Lalu Jibril memanggil penghuni langit. “Wahai penghuni langit! Sesungguhnya Allah mencintai si fulan maka cintailah dia. Lalu penghuni bumipun mencintainya”(HR. Bukhari&Muslim)





KETINGGIAN CINTA ALLAH


Hadits Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam :"

Rasulullah saw bersabda: Allah berfirman:”Wahai para hamba-Ku, sesungguhnya kamu membuat kesalahan pada waktu malam dan siang, dan Aku mengampuni dosa-dosa semuanya, maka memohon ampunlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku mengampunimu. (Hadist Shohih riwayat Muslim, no : 2577)

Rosulullah saw juga bersabda : Allah berfirman : ” Wahai anak adam, walaupun dosa kamu mencapai setinggi langit , kemudian kamu beristighfar memohon ampun kepada –Ku, maka niscaya Aku ampuni kamu, dan Aku tidak peduli. ” ( Hadist Shohih Riwayat Tirmidzi no : 2540 dan Ahmad : 5/ 172)

Rasulullah saw bersabda:"Demi jiwaku yang ada di tangan-Nya, jika kamu tidak pernah berbuat dosa, maka Allah akan mematikan kamu dan menggantikannya dengan suatu kaum yang berbuat dosa kemudian mereka meminta ampun kepada-Nya, kemudian Allah akan mengampuni mereka.” ( Hadist Shohih riwayat Muslim, no : 2749 )




Hadits Qudsi :"


“Sesungguhnya antara Aku dan hamba-Ku terdapat berita yang besar:

Aku menciptakan (mereka) tapi mereka menyembah yang lain

Aku Yang memberi rizqi (kepada mereka) tapi mereka malah berterima kasih kepada orang lain

Kebaikan-Ku mengucur terus kepada mereka, tapi mereka malah membalasnya dengan kejelekan

Aku mendekatkan diri-Ku kepada mereka (agar mencintai-Ku), tapi mereka malah menyambutnya dengan dosa-dosa (yang membuat-Ku benci), padahal mereka sangat perlu pada-Ku.

Orang-orang yang senang berzikir, adalah orang-orang yang suka pada majelis-Ku (berkumpul dengan-Ku).

Maka barangsiapa yang ingin selalu hadir dimajelis-Ku, hendaklah dia menbanyakan zikir.

Orang-orang yang ta’at pada-Ku, adalah orang-orang yang Aku cintai

Orang-orang yang suka berbuat maksiat tidak akan Aku putuskan harapannya (untuk kembali pada-Ku)

Seandainya mereka kembali (bertaubat) pada-Ku, maka Aku adalah kekasih mereka

Barangsiapa yang datang pada-Ku dengan bertaubat maka Aku akan sambut mereka dari jauh

Barangsiapa yang berpaling dari-Ku, Aku akan panggil mereka dari dekat.

Aku berkata pada nya: Mau kemana kamu pergi? Apakah kamu punya tuhan selain Aku?

Satu amal kebaikan Aku balas dengan sepuluh pahala Sedangkan suatu amal yang buruk aku balas dengan satu kejahatan, atau Aku ampuni.

Demi kemegahan dan keagungan-Ku kalau mereka memohon ampun pada-Ku, niscaya Aku akan mengampuninya”


Allahu Akbar, Alangkah Maha PemurahNya Allah, Allah Maha Pengampun, Allah Maha Pemaaf, Pengasih & Penyayang. Disini kita lihat bagaimana Allah mencurahkan rasa cintanya dan rahmatnya kepada hambanya? Memang tidak aneh kalau seorang hamba mencari-cari untuk dicintai oleh tuannya, tapi yang aneh justru tuannya yang mecari-cari perhatian untuk dicintai oleh hambanya, padahal dia tidak perlu dengan cintanya itu. Yang berbuat demikian itu hanyalah Allah SWT.




UNTUK MENUNJUKKAN RASA CINTANYA, ALLAH TURUN KE LANGIT PERTAMA SETIAP MALAM


Quote:

Nabi (SAW) bersabda: “Apabila sepertiga malam tiba, maka Allah turun kelangit pertama (sesuai dangan keagungan-Nya). Lalu memanggil (hamba-Nya):

Adakah orang yang mau bertaubat? Aku akan menerima taubatnya

Adakah orang yang minta ampun? Aku akan mengampuninya

Adakah orang yang memerlukan sesuatu? Aku akan penuhi keperluannya. Hal seperti itu dilakukan oleh Allah setiap malam”. (HR. Bukhari)


Memang kita sebagai hamba-Nya kadang-kadang keterlaluan. Bukankah kita sering mengabaikan uluran tangan Allah SWT itu? Kita tetap saja tidur nyenyak, seolah-olah kita tidak perlu pada-Nya. Jangankan menyambut panggilan Allah pada saat itu, malah kita sering mengabaikan perintah-Nya yang wajib, yaitu shalat Subuh. Kita tidak malu padaNya, subuh kesiangan terus. Tapi Dia tetap menyediakan semua yang kita perlukan ketika kita bangun. Anggota badan kita tetap berfungsi, sehat wal afiat, air tersedia, matahari terbit seperti biasa, makanan dan minuman mudah didapat dsb.




KENAPA ALLAH MENCINTAI HAMBANYA SEDEMIKIAN RUPA NYA ?


Biasanya apa yang kita ciptakan dengan tangan kita sendiri, kita mencintainya. Tulisan yang kita tulis dan dimuat di majalah atau surat kabar atau dicetak dalam sebuah buku, pasti kita mencintainya. Demikian juga anak kita yang baru lahir mesti kita mencintainya. Begitulah juga halnya dengan Allah, karena Dia yang menciptakan maka Diapun cinta akan ciptaannya.


Quote:

“Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?” (7:.12)

"Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan) Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.”(15:29)





APA TANDA-TANDA KECINTAAN ALLAH TERHADAP HAMBANYA DI DUNIA INI ?


Spoiler for TANDA-CINTANYA:


1. Tidak Cepat-Cepat Menurunkan Siksaan Sengaja Allah SWT menunda-nunda siksaan terhadap hamba-Nya yang berbuat dosa sebagai tanda cinta Nya dan untuk memberikan kesempatan kepada hamba-Nya agar segera bertaubat


“Jika Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ditinggalkan- Nya di muka bumi sesuatu pun dari makhluk yang melata, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai kepada waktu yang ditentukan. Maka apabila telah tiba waktu (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak (pula) mendahulukannya.” (16:61)

"Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan usahanya, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi suatu makhluk yang melata pun akan tetapi Allah menangguhkan (penyiksaan) mereka, sampai waktu yang tertentu; maka apabila datang ajal mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya.” (35:45)


2. Allah Menerima Tobat


“Yang Mengampuni dosa dan Menerima tobat lagi keras hukuman-Nya; Yang mempunyai karunia. Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Hanya kepada-Nya lah kembali (semua makhluk). (40:3)


3. Satu Kebaikan Dibalas Dengan Sepuluh Pahala


“Barang siapa membawa amal yang baik maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barang siapa yang membawa perbuatan yang jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya (dirugikan). (6:160)


4. Amal sedikit dibalas dengan imbalan pahala yang besar Misalnya:


a. Puasa pada hari Arafat menghapuskan dosa tahun lalu dan tahun yang akan datang

b. Puasa Ashura (10 Muharram) menghapuskan dosa setahun yang silam

c. Barangasiapa membaca “Subhanallah” 100X dalam sehari Allah akan mengampuni dosanya maskipun sebesar buih dilautan

d. Seorang suami yang bangun malam dan membangunkan istrinya kemudian melakukan qiamul lail (salat malam) akan dihujani dengan rahmat Allah SWT.

e. Barangsiapa yang berkata malam dan siang “Aku rela Allah sebagai tuhanku Islam sebagai agamaku, dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasulku” Maka dia akan mendapatkan keridhaan Allah pada hari itu


5. Allah Menenangkan Hamba-Nya Dengan Ketetapan Rahmat-Nya


“Katakanlah: “Kepunyaan siapakah apa yang ada di langit dan di bumi?” Katakanlah: “Kepunyaan Allah”. Dia telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang. Dia sungguh-sungguh akan menghimpun kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan terhadapnya. Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu tidak beriman. (6:12)

"Sesungguhnya Allah SWT telah menuliskan dibawah Arash bahwa Rahmat-Ku mendahului kemurkaan-Ku” Hadits Nabi.

“Allah menghendaki kemudahan, dan tidak menyukai kesulitan” (2:185)

Setelah peperangan Uhud dimana kaum muslimin dikelilingi dengan kesedihan karena kalah perang, Rasulullah terluka, Hamzah dan 70 shahabat lainnya gugur, tiba-tiba Allah menghibur mereka dengan menurunkan ayat berikut ini:

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itu pun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang- orang yang zalim, (3:140-141)

6. Allah Mempersiapkan Syurga Oleh Diri-Nya sendiri.


“Aku telah mempersiapkan untuk hamba-Ku yang soleh suatu Syurga dimana mata tidak pernah melihatnya, telinga tidak pernah mendengarnya, dan tidak pernah terlintas dalam hati atau pikiran (bagaimana indahnya syurga itu).” Hadits Nabi saw

7. Nama-nama Allah Yang Indah (Jamal) Melebihi Nama-nama-Nya Yang Gagah Seperti Arrahman (Maha Pengasih), Alwadud (Maha Sayang), Al-Ghafur (Pangampun) , Attawab (Penerima tobat), Assobur (Maha Sabar), Al-Halim (Maha Panyantun) dsb.


8. Allahlah Yang Memohon Kita Untuk Berdo’a Kepada-Nya


"Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina” (40:60)

9. Allah SWT Menjamin Kehidupan Kita Didunia


“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh mahfuz) (11:6)

10. Membuat Kita Orang Yang Mendekat Ke Agama


“Sesungguhnya Allah SWT memberi dunia kepada yang suka dan yang tidak suka. Namun Dia tidak memberi agama kecuali kepada yang suka. Barangsiapa yang diberi agama, maka berarti dia telah dicintai oleh Allah” Hadits Nabi

Maksudnya kalau tiba-tiba kita merasa dekat dengan agama, rajin solat, rajin hadir majelis ilmu itu merupakan tanda akan kecintaan Allah (SWT) kepada kita. Maka kita harus memanfaatkan momentum itu dengan sungguh- sungguh, sebelum syaitan datang mengganggu kita.

11. Menjadikan Kita Senang Mempelajari Agama


Termasuk tanda kecintaan Allah kepada kita adalah apabila kita merasa senang memperdalam ilmu agama. Nabi (SAW) bersabda: “Apabila Allah SWT menyenangi seseorang maka dibuatnya dia senang memperdalam agama”

12. Allah Mengajarkan Kita Untuk Lemah lembut


“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. (3:159)

13. Allah Memudahkan Keta’atan


“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (2. 286)

Semua perintah Allah sesungguhnya mudah untuk dilaksanakan, karena Dia tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuanya. Hal itu merupakan tanda akan kecintaan-Nya terhadap hamba-Nya.

14. Allah Menciptakan Suasana Yang Membuat Kita Mati Dalam Husnul Khatimah


“Apabila Allah mencintai seseorang maka Dia membuatnya mudah untuk berbuat segala amal soleh ketika ajalnya sudah dekat, sehingga tetangganya (dan orang disekitarnya) mengetahuinya”





KALAU ALLAH MENCINTAI HAMBANYA, KENAPA KADANG-KADANG MEREKA DI TIMPA COBAAN DAN MUSIBAH ?


Spoiler for JAWABANNYA..:


Kadang-kadang musibah atau cobaan itu untuk membuat seseorang sadar dari maksiat yang selama ini dilakukannya

 Kadang-kadang untuk meningkatkan derajat seseorang di Akhirat nanti

 Kadang-kadang untuk memperingatkan seseorang akan nikmat yang selama ini diberikan oleh Allah SWT dan dia tidak menyadarinya. Baru ketika nikmat itu hilang dari tangannya dia sadar akan kebesaran nikmat itu.

 Kadang-kadang agar dia menyadari akan realita kehidupan dunia yang fana ini, bahwa tidak ada kebahagiaan yang sejati. Sehingga akhirnya dia rindu akan kehidupan akhirat.

 Kadang-kadang untuk menguji seseorang apakah dia ridho dengan ketetapan Allah SWT dan kebijaksanaan-Nya atau tidak.?

 Kadang-kadang agar seseorang yang ditimpa musibah atau cobaan itu masuk Surga tanpa dihisab lagi karena kesabarannya.

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa dihisab lagi (39:10)

 Kadang-kadang untuk menghapuskan dosa seseorang. Karena apapun penderitaan yang menimpa seorang mukmin-meskipun hanya duri yang mengena jari tangannya- akan diberi pahala (dan menghapuskan dosa)





Itulah uraian tentang diantara tanda-tanda kecintaan Allah kepada kita.

Ayo teman-teman...! Kita renungkan bersama agar timbul kesadaran dalam diri kita, sehingga nantinya insya Allah akan tumbuh benih cinta dihati kita terhadap-Nya. Kalau cinta sudah bersemi dihati kita maka pasti kita akan merasa mudah dan nikmat dalam melaksanakan perintah-perintahNya






Quote:

Allah maafkan dan sadarkan kami


Allah lembutkan hati kami untuk selalu rindu dekat dengan Mu


teramat sering kami mengecewakan Mu


teramat sering kami melalaikan kewajiban itu


teramat sering kami mencintai dunia dari pada Engkau


Allah bukankan hati ini agar kami memahami hakikat kehidupan sesungguhnya


padahal kami sangat paham keistimewaan orang-orang yang mencintai-Mu


Entah keistimewaan itu seakan-akan kami tak membutuhkannya


Allah terimalah pintu maaf dan taubat kami agar bisa menjadi hamba-Mu yang rindu berada dalam barisan pertama dan utama yang dekat dengan-Mu…


pertemukan kami dengan orang-orang sholeh yang mengajak kami untuk mencintai-Mu bukan dengan orang-orang yang membuat kami tergila-gila pada Dunia yang akan rusak ini


Aamiin..


Semoga Bermanfaat  ☺

Arsy Allah Bergetar dengan Wafatnya Sa’ad bin Mu’adz





Sa’ad bin Mu’adz berjuluk Abu Amr. Ia seorang pemuda Aus yang dikenal jago menunggang kuda, dan pemberani. Ayahnya adalah Mu’adz bin An-Nu’man dan ibunya bernama Kabsyah bintu Rafi’. Adapun istri Sa’ad adalah Hindun binti Sammak, bibi Usaid bin Hudhair. Sa’ad adalah pemimpin Bani Abdul Asyhal.

Pada saat duta Islam, Mush’ab bin Umair, berdakwah di Yatsrib (Madinah) dan berhasil mengajak beberapa orang untuk beriman kepada Rasulullah SAW, Sa’ad tercengang. Ia langsung memerintahkan sahabat karibnya, Usaid bin Hudhair, untuk menemui Mush’ab yang ketika itu bersama As’ad bin Zurarah (anak bibi Sa’ad bin Mu’adz) agar mau menghentikan aksinya.

Namun, sesampai ditempat Mush’ab dan setelah berdialog dengannya, Usaid malah menyatakan keislamannya. Ia pun segera pulang untuk menemui Sa’ad dengan harapan agar Sa’ad juga dapat mengikuti jejaknya.

Melihat keadaan Usaid yang raut wajahnya sudah tidak seperti ketika perginya, Sa’ad bertanya, “Apa yang terjadi pada dirimu?”

Usaid menjawab, “Aku sudah berbicara dengan dua orang tersebut. Demi Allah, aku tidak melihat keduanya tidak mempunyai kekuatan. Aku sudah melarang mereka berdua, lalu keduanya berkata, ‘Kami akan melakukan sesuatu yang engkau sukai. Aku sudah diberi tahu bahwa Bani Haritsah sudah menemui As’ad bin Zurarah untuk membunuhnya, karena mereka tahu bahwa anak bibimu telah menghinamu.”

Mendengar hal itu, Sa’ad bangkit dengan marah, mengambil tombaknya lalu menghampiri As’ad bin Zurarah dan Mush’ab. Namun, tatkala Sa’ad melihat keduanya yang duduk tenang-tenang saja, barulah ia menyadari bahwa Usaid bermaksud mengakalinya agar dia bisa mendengar apa yang disampaikan mereka berdua.

Dengan wajah cemberut Sa’ad berdiri di hadapan mereka berdua, lalu berkata kepada As’ad bin Zurarah, “Demi Allah wahai Abu Umamah, kalau bukan karena ada hubungan kekerabatan antara kita, aku tidak menginginkan hal ini terjadi. Engkau datang ke perkampungan kami dengan membawa sesuatu yang tidak  kami sukai.”

Mush’ab berkata kepada Sa’ad, “Bagaimana jika engkau duduk dan mendengar apa yang aku sampaikan? Jika engkau suka terhadap sesuatu yang aku sampaikan, maka engkau bisa menerimanya. Dan jika engkau tidak menyukainya, maka kami akan menjauhkan darimu apa yang tidak kau sukai.”

“Engkau cukup adil” kata Sa’ad, sembari menancapkan tombaknya, dan duduk bersama keduanya.

Lalu Mush’ab menjelaskan Islam kepadanya dan membacakan Alquran dari permulaan surat Az-Zukhruf.

Kemudian Sa’ad bertanya, “Apa yang kalian lakukan tatkala dahulu kalian masuk Islam?”

“Hendaklah engkau mandi, bersuci dan mempersaksikan dengan kesaksian yang benar,” jawab Mush’ab.

Maka Sa’ad segera mandi dan bersyahadat, kemudian shalat dua rakaat. Ia memungut tombaknya, lalu kembali menuju balairung, yang di sana ada kaumnya. Setelah berdiri di hadapan mereka, ia berkata, “Wahai Bani Abdul Asyhal, apa pendapat kalian tentang diriku di tengah kalian?”

Mereka menjawab, “Engkau adalah pemimpin kami, orang yang paling kami ikuti pendapatnya di antara kami dan orang yang paling kami percaya.”

Sa’ad melanjutkan, “Tak seorang pun diantara kalian, baik laki-laki maupun wanita dilarang berbicara denganku sebelum kalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.” Belum sampai petang hari, tak seorang pun, baik laki-laki maupun perempuan di Bani Abdul Asyhal melainkan sudah menjadi Muslim dan Muslimah.

Sesudah itu, jalan hidup Sa’ad berubah. Mengabdi dan berjuang untuk Islam adalah pilihannya. Dalam waktu yang singkat ia telah mengukir banyak momen-momen kepahlawanan yang luar biasa.

Saat Rasulullah SAW harus perang di Badar, Sa’ad yang mewakili orang-orang Anshar memberikan sikap dan dukungan yang tegas. Pada Perang Uhud yang bergejolak, Sa’ad menjadi tameng Rasulullah, tegak berdiri di sisi beliau. Di Khandaq, ia turut mempertahankan Madinah mati-matian. Ia terluka terkena panah Hibban bin Qais Al-Araqah. Kemudian Rasulullah memerintahkan untuk merawat Sa’ad di kemah Rufaidhah agar memudahkan beliau untuk menjenguknya.

Pada saat itu Madinah dikepung dan tiba-tiba orang-orang Yahudi dari kaum Bani Quraidzah berkhianat. Mereka turut bersekutu dengan Quraisy, padahal sebelumnya telah melakukan perjanjian dengan Rasulullah SAW. Setelah kemenangan di Perang Khandaq, Rasulullah langsung mengadakan pengepungan terhadap perkampungan Bani Quraidzah yang telah berkhianat.

Setelah 25 hari, akhirnya orang-orang Yahudi Bani Quraidzah menyerah. Mereka meminta dihakimi oleh orang dari kaumnya sendiri. Maka Sa’ad bin Mu’adz yang disepakati dan Rasulullah menyetujui. Di tengah rasa sakit karena luka yang terus memburuk, Sa’ad berdoa , “Ya Allah, janganlah Engkau cabut nyawaku, sampai aku menyelesaikan urusanku dengan Bani Quraidzah.”

Sa’ad bersikap tegas, ia memutuskan. “Hukumannya adalah para laki-laki dewasa dibunuh, para wanita dijadikan tahanan dan harta mereka dibagi rata!”

Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya engkau telah menghukumi dengan apa yang ada di atas langit.”

Sesudah itu, hari-hari Sa’ad adalah penantian menuju keabadian. Ia memohon agar luka-luka itu mengantarkannya kepada kesyahidan. Ia kerap dijenguk oleh Rasulullah. Beliau berdoa untuk Sa’ad. “Ya Allah, sesungguhnya Sa’ad ini telah berjuang di jalan-Mu. Maka terimalah ruhnya dengan penerimaan yang sebaik-baiknya.”

Sa’ad ingin hari terakhir yang dilihatnya adalah wajah Rasulullah yang mulia. Ia pun mengucap salam. “Assalamu’alaika, ya Rasulullah. Ketahuilah bahwa saya mengakui bahwa Anda adalah Rasulullah.”

Rasulullah memandang wajah Sa’ad lalu berkata, “Kebahagiaan bagimu, wahai Abu Amr!”

Dan Sa’ad pun pergi menuju keabadian, menghadap Ilahi. Orang-orang berduka cita dan berkabung. Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh, kematian Sa’ad telah membuat Arsy Allah terguncang.”





 

Arsy Allah Bergetar dengan Wafatnya Sa’ad bin Mu’adz 

 

Hidayah Allah subhanahu wa ta’ala sungguh di luar sangka manusia. Allah berikan kepada siapa pun yang Dia kehendaki. Boleh jadi yang semula membenci iman, kini begitu mencintainya. Hidayah itu tak melulu bagi golongan miskin papa, tak pula khusus bagi para dermawan yang berharta. Bila hidayah telah menetap kuat dalam dada, seribu rintangan tak berarti dalam derap langkahnya.

Tersebutlah kisah yang masyhur tentang seorang sahabat yang begitu mulia, Sa’ad bin Mu’adz radhiyallahu ‘anhu. Beliau merupakan tokoh dari Bani Asyhal dan memiliki pengaruh yang sangat besar untuk kaumnya. Saat Islam mulai terbit di Negeri Yatsrib (Madinah), agama ini begitu mengganggunya. Tampak jelas ketidaksukaan Sa’ad kepada ajaran baru nan asing, yang dibawa oleh seorang yang asing pula di negerinya.

Pepatah mengatakan “tak kenal maka tak sayang”. Begitulah gambaran Sa’ad bin Mu’adz radhiyallahu ‘anhu terhadap ajaran Islam yang begitu indah di awal kemunculannya. Walau begitu, Sa’ad terkenal sebagai seorang pemimpin yang bijak, dalam menentukan setiap langkah yang akan diambil. Dia tak sembarangan dalam memutuskan sikap.

“Bagaimana kiranya kalau Anda duduk dan mendengar (apa yang hendak aku sampaikan)? Jika Anda suka dengan apa yang aku ucapkan, maka terimalah. Seandainya Anda membencinya, maka aku akan pergi.”

Sebuah tawaran yang bijak dari sang juru dakwah. Sebab, setiap keputusan bisa tepat bila telah mengetahui hakikat masalahnya.

“Ya, yang demikian itu lebih bijak.” Ucap Sa’ad.

Sang juru dakwah ini pun mulai menjelaskan kepada Sa’ad apa itu Islam. Dia membacakannya ayat-ayat Al Quran kepada beliau. Betapa indahnya ayat-ayat tersebut, tak mungkin merupakan kebohongan yang dibuat-buat manusia. Sungguh ini bersumber dari Zat Yang Mahakuasa lagi Mahabijaksana. Sungguh, fitrah yang masih suci dan lurus tiada akan menolak indahnya Islam yang ditawarkan. Memang Islam senantiasa sesuai dengan fitrah yang lurus. Tanpa bersikap ragu, Sa’ad bin Mu’adz radhiyallahu ‘anhu begitu cepat dalam menerima ajaran Islam. Inilah ajaran yang begitu mulia, yang sesuai dengan hati dan fitrah beliau. Tanpa ragu, sahabat yang jago menunggang kuda dan pemberani ini pun memutuskan untuk hijrah dari agama kekufuran kepada Islam yang mengajarkan arti peribadahan yang sebenarnya. Tak hanya itu, beliau pun bersegera memerintahkan kaumnya, Bani Asyhal untuk tunduk, dan turut serta bersama beliau memeluk indahnya Islam.

“Haram bagi laki-laki dan perempuan di antara kalian berbicara kepadaku sampai ia beriman kepada Allah dan Rasul-Nya!” Tegas beliau mengucapkannya.

Sungguh bukan ridha manusia yang menjadi tujuannya, bukan pula takut hilangnya kedudukan membuatnya bersikap lemah. Bahkan dengan lantang beliau ucapkan kata-kata ini. Siapakah sekarang pemimpin yang begitu berani dan teguh memegang prinsip kebenaran? Ah, pasti sulit untuk menemukannya. Tidak sampai sore hari seluruh kaumnya pun beriman kecuali seorang yang bernama Ushairim, ia menunda keimanan sampai saat tiba Perang Uhud, ia masuk Islam dan syahid di jalan Allah subhanahu wa ta’ala dalam perang tersebut. Ya, Sa’ad radhiyallahu ‘anhu memang seorang pemimpin yang memberi berkah bagi kaumnya walau saat itu usia beliau baru menginjak 31 tahun, umur yang begitu muda untuk seorang pemimpin yang bijak.

Nama lengkap beliau adalah Abu Amr Sa’ad bin Mu’adz bin An Nu’man bin Imriil Qais bin Zaid Abdil Asyhal bin Jasym bin Al Harits bin Al Khazraj bin An Nabit bin Malik bin Aus Al Anshari. Seorang tokoh muda dalam kabilah Aus. Ibunya bernama Kabsyah binti Rafi’. Beliau masuk Islam setahun sebelum Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam berhijrah. Maka saat itu dimulailah lembaran baru perjalanan Islam.

Sebagaimana para pembela Islam lainnya, beliau pun mengikuti Perang Badar, Uhud, dan Khandaq. Seluruh jiwa raga dipertaruhkan demi membela kemuliaan Islam. Pada perang yang terakhir, tepatnya di perang Khandaq, beliau radhiyallahu ‘anhu terkena lemparan panah. Terlukalah beliau di bagian urat nadi, tempat jalan darah yang begitu vital dalam menyokong kehidupan. Dengan sebab luka ini, beliau hanya mampu bertahan hidup sebulan lamanya kemudian meninggal dunia. Sahabat Jabir radhiyallahu ‘anhu mengisahkan tentang beliau, “Sa’ad bin Mu’adz terkena lemparan anak panah yang menyebabkan urat nadinya terputus.”

Pembaca, tahukah Anda bahwa Sa’ad radhiyallahu ‘anhu adalah sahabat yang begitu setia terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam? Simaklah ucapan beliau saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta pendapat beliau, “Demi Zat yang telah memuliakan dan menurunkan kitab kepada Anda, jika Anda menempuh suatu tempat yang belum kami ketahui, hingga menuju Barku al-Ghumad di arah Yaman, pasti akan kami tempuh bersama Anda. Kami tidak akan menjadi sebagian dari orang-orang Bani Israil yang berkata kepada Nabi Musa,
فَٱذۡهَبۡ أَنتَ وَرَبُّكَ فَقَـٰتِلَآ إِنَّا هَـٰهُنَا قَـٰعِدُونَ
“Pergilah engkau bersama Rabbmu, berperanglah, sesungguhnya kami di sini duduk-duduk saja.” [Q.S. Al-Maidah: 24] Kami akan mengatakan, ‘Pergilah Anda bersama Rabb Anda, dan berperanglah, sesungguhnya kami mengikuti.’”

Tahukah Anda bahwa beliau adalah seorang sahabat yang mendapat jaminan surga? Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diberi sebuah jubah dari sutra yang halus, beliau menolaknya dengan berkata:
وَالَّذِي نَفۡسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لَمَنَادِيلُ سَعۡدِ بۡنِ مُعَاذٍ فِي الۡجَنَّةِ أَحۡسَنُ مِنۡ هَٰذَا
“Demi Zat Yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sungguh saputangan Sa’ad bin Mu’adz di surga lebih baik dari ini.”

Subhanallah, siapakah di antara kita yang tak ingin mendapakan janji mulia itu? Siapa tidak mau jaminan utusan Allah? Inilah Sa’ad, seorang pemuda yang berpostur tinggi-besar dan tampan, berkulit putih dan berjanggut rapi, telah mendapat jaminan surga dari lisan Ar Rasul Al Amin.

Inilah Sa’ad, seorang pemimpin Aus yang memutuskan hukum atas pengkhianatan Yahudi Quraizhah pada perang Khandaq. Beliau memutuskan sesuai dengan keputusan Allah, demikian yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam katakan. Yakni, hukum mati bagi kaum lelaki dan ditawan untuk para wanita dan anak-anak. Padahal, Aus dahulu adalah sekutu bagi Yahudi Quraizhah. Tidak ada lagi sikap loyalitas, tiada lagi tolong menolong bagi kaum yang berkhianat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan muslimin. Keputusan yang sungguh tepat, menepati apa yang diputuskan oleh Ar Rahman subhanahu wa ta’ala.

Wafatnya


Di saat-saat terakhir kehidupan Sa’ad, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengunjunginya, lalu beliau meletakkan kepala Sa’ad di pangkuan beliau sambil bersabda, “Ya Allah, Sa’ad telah berjihad di jalan-Mu, membenarkan Rasul-Mu, dan telah memenuhi kewajibannya. Maka terimalah ruhnya dengan sebaik-baiknya cara Engkau menerima ruh.”

Doa yang dipanjatkan Nabi pun mendatangkan kesejukan kepada ruh Sa’ad yang hendak pergi. Saat itu Sa’ad mencoba dengan susah payah mengangkat kelopak matanya dan mengarahkan pandangannya ke wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sangat ia cintai. Kiranya, inilah perjumpaan terakhirnya dengan beliau di dunia ini. Sa’ad mengatakan, “Salam atasmu wahai Rasulullah, ketahuilah bahwa aku beriman bahwa Anda adalah utusan Allah.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Kebahagiaan atasmu wahai Abu Amr.”

Sa’ad bin Mu’adz radhiyallahu ‘anhu pun mengembuskan nafas terakhirnya, ia wafat di pangkuan orang yang paling ia cintai, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ketika memakamkan jenazahnya,
اهۡتَزَّ عَرۡشُ الرَّحۡمٰنِ لِمَوۡتِ سَعۡدِ بۡنِ مُعَاذٍ
“Arsy Ar-Rahman bergetar dengan berpulangnya Sa’ad bin Mu’adz.” [H.R. Bukhari dan Muslim]. Lihatlah, betapa mulianya Sa’ad radhiyallahu ‘anhu hingga Arsy Allah pun bergetar saat kepergiannya.

Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu berkata, “Aku adalah salah seorang yang menggali makam untuk Sa’ad, dan setiap kami menggali satu lapisan tanah, tercium oleh kami wangi kesturi.”

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Saat kami membawa jenazah Sa’ad bin Mu’adz, kaum munafikin mengatakan betapa ringannya jenazahnya, (padahal Sa’ad adalah) seorang yang tinggi besar. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ‘Sungguh para malaikatlah yang menggotongnya.’”

Disebutkan dalam hadis Sa’ad bin Abi Waqqash bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh ada 70.000 malaikat yang turun saat kematian Sa’ad bin Mu’adz. Mereka belum pernah turun ke bumi sebelum ini.”

Sungguh para penduduk bumi dan penduduk langit telah mengakui akan keutamaan Sa’ad. Beliau wafat pada tahun ke-5 H, ketika itu usia beliau 37 tahun, dan dimakamkan di pemakaman Baqi’ di Madinah.


 Kedudukan Saad bin Muadz
 Kesetiaan Saad Kepada Rasulullah

Dari Muhammad bin Amr dan al-Laits dari kakeknya berkata, “Rasulullah berangkat menuju Badar sampai tiba di suatu tempat Rasulullah berkhutbah di hadapan sahabatnya, lalu bertanya, ‘Bagaimana pendapat kalian?’ Abu Bakar menjawab, ‘Wahai Rasulullah, telah sampai berita kepadaku bahwa mereka (Quraisy) demikian dan demikian’. Kemudian Rasulullah kembali berkhutbah, lalu bertanya lagi, ‘Bagaimana pendapat kalian?’ Umar menjawab sebagaimana jawaban Abu Bakar. Kemudian beliau berkhutbah dan kembali bertanya, ‘Bagaimana pendapat kalian?’ Saad bin Muadz menjawab, ‘Wahai Rasulullah, jawaban kamikah (Anshar) yang Anda inginkan? Demi Dzat yang telah memuliakan Anda dan menurunkan kitab kepada Anda, jika Anda menempuh suatu tempat yang kami belum mengetahuinya hingga Anda menuju Barku al-Ghumad di arah Yaman, pasti kami akan menempuhnya bersamamu. Kami tidak akan menjadi sebagian dari orang-orang Bani Israil yang berkata kepada Musa,
فَاذْهَبْ أَنْتَ وَرَبُّكَ فَقَاتِلا إِنَّا هَاهُنَا قَاعِدُونَ
“Pergilah engkau bersama Rabmu, berperanglah, sesungguhnya kami di sini duduk-duduk saja.” (QS. Al-Maidah: 24)
Kami akan mengatakan pergilah Anda bersama Rab Anda, dan berperanglah, sesungguhnya kami mengikuti.
– Saad Dijamin Masuk Surga
Saad bin Muadz adalah di antara sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang beliau kabarkan menjadi penghuni surga. Hal itu tersirat dalam sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau diberi sebuah jubah dari sutra yang halus, beliau menolaknya dengan berkata,
والذي نفس محمد بيده، لمناديل سعد بن معاذ في الجنة أحسن من هذا
“Demi Dzat Yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sungguh sapu tangan Saad bin Muadz di surga, lebih baik dari ini.”

Wafatnya
Dalam peristiwa Perang Khandaq atau Perang Ahzab, Kota Madinah dikepung oleh sekutu-sekutu kafir Quraisy. Saad bin Muadz pun turut serta dalam perang yang sangat sulit ini. Dalam perang itu, urat nadi Saad disambar oleh sebuah anak panah, darah pun deras mengalir dari tangannya. Ia dirawat secara darurat untuk menghentikan keluamya darah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan agar Saad dibawa ke masjid, dan didirikan kemah untuknya agar ia berada di dekat beliau selama perawatan.
Dalam keadaan demikian Saad berdoa kepada Allah, “Ya Allah, jika dari peperangan dengan Quuaisy ini masih Engkau sisakan, maka panjangkanlah umurku untuk menghadapinya, karena tak ada golongan yang kuinginkan untuk dihadapi lebih daripada kaum yang telah menganiaya Rasul-Mu,  mendustakannya, dan mengusirnya. Dan seandainya Engkau telah mengakhiri perang antara kami dengan mereka, jadikanlah kiranya musibah yang telah menimpaku ini sebagai jalan untuk menemui syahid”.
Kian hari luka yang diderita Saad pun semakin parah. Di saat-saat terakhir kehidupan Saad, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengunjunginya, lalu beliau meletakkan kepala Saad di pangkuan beliau sambil bersabda, “Ya Allah, Saad telah berjihad di jalan-Mu, membenarkan Rasul-Mu, dan telah memenuhi kewajibannya. Maka terimalah ruhnya dengan sebaik-baiknya cara Engkau menerima ruh”.
Doa yang dipanjatkan Nabi pun mendatangkan kesejukan kepada ruh Saad yang hendak pergi. Saat itu Saad mencoba dengan susah payah mengangkat kelopak matanya dan mengarahkan pandangannya ke wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sangat ia cintai, kiranya inilah perjumpaan terakhirnya dengan beliau di dunia ini. Saad mengatakan, “Salam atasmu wahai Rasulullah, ketahuilah bahwa aku beriman bahwa Anda adalah utusan Allah”.
Rasulullah menjawab, “Kebahagiaan atasmu wahai Abu Amr”.
Saad bin Muadz radhiallahu ‘anhu pun menghebuskan nafas terakhirnya, ia wafat di pangkuan manusia yang paling ia cintai, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia wafat pada tahun 5 H, ketika itu usia beliau 37 tahun, dan dimakamkan di pemakaman Baqi di Madinah.
Abu Sa’id al-Khudri berkata, “Aku adalah salah seorang yang menggali makam untuk Saad, dan setiap kami menggali satu lapisan tanah, tercium oleh kami wangi kesturi”.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اهتز عرش الرحمن لموت سعد بن معاذ
“Arsy Allah Ar-Rahman bergetar karena wafatnya Saad bin Muadz.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Inilah Saad bin Muadz, tokoh sahabat Anshar memeluk Islam saat beliau berusia 31 tahun dan wafat saat berusia 37 tahun. Dalam 6 tahun masa keislamannya, wafatnya membuat Arsy Allah Ta’ala bergetar. 


 Sa’ad, semoga Allah meridhaimu.