Meningkatkan Keimanan dengan Gerhana



Salah satu sifat orang mukmin adalah iman dengan hal yang ghaib. Rasulullah kabarkan tentang siksaan Allah swt. Gerhana di antaranya untuk menunjukkan kekuasaan Allah swt. dalam
menyiksa:
Asal-usul Gerhana dalam Islam

Gerhana adalah tanda kekuasaan Allah swt. untuk membuat takut manusia. Rasulullah saw. bersabda:
إنَّ الشمسَ والقمر آيتان من آيات الله، لا يَخسفان لموت أحدٍ، ولكنَّ الله تعالى يخوِّف بهما عباده
“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah tanda kekuasaan Allah Taala. Keduanya tidak mengalami gerhana disebabkan matinya seseorang, tapi Allah Taala ingin menjadikan hamba-Nya merasa takut.
Bahwa matahari dan bulan, walaupun lebih besar daripada manusia, tapi sangat takut kepada Allah Taala. Rasulullah saw. bersabda:
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لا يَنْكسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلا لحياته ، لَكِنَّهُمَا آيتان مِنْ آيات الله ، وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا تَجَلَّى لِشَيْءٍ مِنْ خَلْقِهِ يَخْشَعُ لَهُ
“Sesungguhnya matahari dan bulan tidak mengalami gerhana disebabkan kematian atau kelahiran seseorang. Keduanya adalah tanda kekuasaan Allah Taala. Karena jika Allah Taala menampakkan dirinya kepada sesuatu, maka suatu itu akan tunduk kepada-Nya.”
Dikisahkan, seorang tabi’in bernama Thawus menangis ketika terjadi gerhana. Beliau mengatakan, “Matahari dan bulan lebih takut kepada Allah Taala daripada kita.”
Bagaimana Mengetahui Tanda Kekuasaan Allah Taala?
Tanda kekuasaan Allah swt. berarti sesuatu yang menunjukkan bahwa Allah Taala itu ada dan berkuasa. Sebenarnya matahari dan bulan setiap hari adalah tanda kekuasaan Allah Taala. Tapi karena manusia sudah terbiasa, maka tidak terdorong untuk merenungkannya. Allah Taala berfirman:

“Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya.” [Al-Furqan: 61].
“Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan, dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.” [Yaasin: 37-40].
Manusia biasanya hanya akan merenung kalau ada hal yang baru, sedangkan yang biasa dilihatnya akan lewat begitu saja sebesar apapun itu.
Dua Macam Kejadian di Alam Semesta Ini
Kejadian alam terbagi menjadi dua; yang terjadi sesuai dengan sunnatullah yang dikatahui oleh manusia, dan yang terjadi di luar sunnatullah yang diketahui manusia. Allah Taala berkuasa melakukan hal yang di luar kebiasaan. Hendaknya manusia takut dengan kekuasaan tersebut.
Oleh karena itu dulu sebelum ada ilmunya, umat Islam diperintahkan shalat memohon perlindungan kepada Allah swt. Karena bisa saja terjadi hal yang membahayakan mereka:
وَمَا نُرْسِلُ بِالْآَيَاتِ إِلا تَخْوِيفًا
“Dan Kami tidak memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakuti.” [Al-Israa: 59]
Selain shalat, umat Islam juga dianjurkan banyak bersedekah, berdzikir, dan banyak melakukan kebaikan.
Kalau sekarang, setelah ada ilmu tentang fenomena ini, shalat sebagai tanda keyakinan kita kepada kekuasaan Allah swt.
Fenomena di Langit Bukan Pengaruh Kejadian di Bumi

Fenomena alam langit itu bukanlah pengaruh kejadian di bumi. Tapi karena kekuasaan Allah Taala. Tidak seperti keyakinan beberapa kelompok. Saat itu gerhana terjadi bertepatan dengan wafatnya Ibrahim, putera Rasulullah saw. Beberapa orang mengatakan, “Terjadi gerhana matahari karena wafatnya putera Rasulullah saw.” Maka Rasulullah saw. mengatakan:
لا يَخسفان لموت أحدٍ
“Gerhana bukan karena kematian seseorang.”
Walaupun ada beberapa riwayat menyebutkan kejadian-kejadian yang menujukkan bahwa alam akan mendukung umat Islam dalam perjuangannya:
Banjir pada kaum Nabi Nuh as.
Laut terbelah (menyelamatkan Nabi Musa as. dan Bani Israil) dan kembali bersatu (menghancurkan Fir’aun dan bala tentaranya).
Ayam terlambat berkokok ketika Fir’aun hendak mengejar Musa as. dan Bani Israil.
Langit yang enggan menangis ketika Fir’aun mati: “Maka langit dan bumi tidak menangisi mereka dan mereka pun tidak diberi tangguh.” [Ad-Dukhan: 29].
Matahari menunda tenggelamnya ketika Yusya’ bin Nun melawan Jabbarin di Palestina.
Singa tunduk dan mengantarkan seorang sahabat bernama Sufainah ra.
Terjadi badai ketika perang Ahzab, dan sebagainya.
Islam, Agama Ilmu yang Menentang Khurafat
Hadits Rasulullah saw. di atas menunjukkan Islam adalah agama yang menentang khurafat yang tidak berlandaskan ilmu. Ajaran Islam sesuai dengan ilmu. Namun tidak boleh menjadikan ilmu sebagai ukuran. Islam sempurna; ilmu masih berkembang. Kalau Islam sesuai dengan ilmu, maka semakin berkembang keilmuan manusia hendaknya semakin kuat iman mereka kepada agama Islam.
Orang yang menyembah matahari hendaknya mengetahui kelemahan matahari; yang bisa terbit dan juga bisa tenggelam.
Rasulullah saw. menganjurkan shalat gerhana. Di antara hikmahnya supaya orang-orang tidak sibuk melihat gerhana. Diketahui bahwa ketika terjadi gerhana matahari, terpancar sinar yang membahayakan mata, dan bisa menyebabkan kebutaan.
Di antara khurafat orang tentang gerhana:
Ada tokoh besar yang meninggal.
Orang China meyakini bahwa seekor naga yang memakan matahari. Kalau terjadi, orang-orang China menabuh bedug dan melemparkan sesuatu ke langit untuk menakut-nakuti naga. Setelah takut, naga akan mengeluarkan dan melemparkan kembali matahari.
Akan terjadi sesuatu yang luar biasa. Karena ada keyakinan kedekatan matahari dengan para dewa.
Sesuai dengan perhitungan, Rasulullah saw. shalat kusuf pada tanggal 29 Syawwal 10 Hijriah (632 M). Saat itu beliau memanjangkan shalatnya. Diriwayatkan bahwa dalam shalat, beliau melihat surga dan neraka. Beliau berkeinginan mengambil satu tangkai anggur surga untuk ditunjukkan kepada para shahabat. Tapi kemudian beliau melihat penduduk neraka dan merasa takut sehingga tidak jadi mengambilnya. Setelah shalat beliau menyampaikan khutbah:
إن الشمس والقمر آيتان من آيات الله ، لا يخسفان لموت أحد ولا لحياته ، فإذا رأيتم ذلك فادعوا الله وكبروا وصلوا وتصدقوا ، يا أمة محمد والله ما من أحد أغير من الله أن يزني عبده أو أن تزني أَمَته ، يا أمة محمد لو تعلمون ما أعلم لضحكتم قليلاً، ولبكيتم كثيراً
“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah tanda kekuasaan Allah Taala. Keduanya tidak mengalami gerhana karena kematian atau kelahiran seseorang. Jika kalian melihat gerhana, maka berdoalah kepada Allah Taala, ucapkan takbir, dirikan shalat, keluarkan sedekah. Wahai umat Muhammad, demi Allah, Allah Taala paling cemburu jika ada hamba-Nya yang melakukan zina. Wahai umat Muhammad, jika kalian mengetahui apa yang kuketahui, niscaya kalian akan sedikit bicara dan banyak menangis.”
Fenomena Alam dan Keshalihan Manusia
Fenomena gerhana menunjukkan bahwa kedamaian hidup manusia hanya bisa didapatkan dengan tunduk kepada hukum Allah Taala.
Makhluk Allah swt. ada dua macam.
Pertama, alam semesta selain manusia, mereka semua beriman kepada Allah swt. dan tunduk menaati semua hukum-Nya. Allah Taala berfirman:
“Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada manusia? Dan banyak di antara manusia yang telah ditetapkan azab atasnya. Dan barang siapa yang dihinakan Allah maka tidak seorang pun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.” [Al-Hajj: 18].
Kedua, Manusia. Mereka terbagi menjadi dua; beriman (sebagian kecil) dan tidak beriman (sebagian besar). Iman dan ketundukan kepada hukum Allah swt. ini mempunyai efek kepada langsungnya kehidupan:
Semua alam semesta beriman: makanya hidup teratur, damai, tidak ada kerusakan. Sedangkan manusia terbagi menjadi dua; manusia yang taat kepada hukum Allah swt. akan hidup dengan baik secara jasmani dan ruhaninya, dan manusia yang tidak taat kepada hukum Allah swt. akan hidup penuh dengan ketimpangan; sakit jasmani, ruhani, kehidupan sosial, dan lain sebagainya. Bahkan kerusakan alam pun ditimbulkan kejahatan yang dilakukan oleh manusia.
Hal ini dikuatkan dengan hubungan antara ibadah dan fenomena alam. Shalat magrib saat matahari tenggelam; shalat subuh ketika matahari fajar; shalat dhuhur ketika matahari tergelincir; puasa Ramadhan ketika hilal Ramadhan terbit; puasa bidh ketika bulan ada di tengah peredaran; shalat istisqa’ ketika hujan tidak turun-turun; dan sebagainya.
Ibadah-ibadah itu disyariatkan untuk terjadi keserasian antara gerak alam semesta dengan gerak manusia. Ketika gerak itu seirama, maka akan terjadi kedamaian. Ketika gerak itu tidak seirama, maka akan terjadi tubrukan, benturan, dan kerusakan.
Terakhir, fenomena gerhana memberikan sedikit gambaran tentang apa yang akan terjadi pada hari kiamat. Allah Taala berfirman:
“Maka apabila mata terbelalak (ketakutan), dan apabila bulan telah hilang cahayanya, dan matahari dan bulan dikumpulkan, pada hari itu manusia berkata: “Ke mana tempat lari?” Sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung! Hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu tempat kembali.” [Al-Qiyamah: 7-12].

Wallahu A’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar