Rasulullah SAW mempunyai 313 pasukan, sedangkan kaum kafir mempunyai 1.300 tentara. Di dalam 313 pasukan kaum muslimin hanya terdapat dua ekor kuda, sedangkan dalam tentara musuh terdapat lebih dari 200 kuda. Pasukan muslimin mempunyai 70 onta untuk 313 pasukan, sedangkan kaum kafir mempunyai lebih dari 1.000 onta.
Pertanyaannya, apakah jumlah itu seimbang?
Abu Bakar Ash-Shiddiq lantas berdiri dan berkata dengan lantang, "Wahai Rasulullah... Pergilah!!! Kami senantiasa berada di belakangmu."
Kemudian menuyusul Umar bin Khattab, ia berkata, "Wahai Muhammad!!! Pergilah...!!! Kami berada di belakangmu."
Mendengar ungkapan dari para sahabat, maka Rasulillah SAW melangkahkan kaki keluar dari tendanya. Beliau menengadah ke langit lalu berseru, "Allahuakbar....!!! Jibril bersama 3.000 Malaikat turun untuk membantu orang-orang yang beriman."
1433 tahun yang lalu di bulan Ramadhan, tepat hari ke-17 Ramadhan, adalah terjadinya perang yang besar, perang Badar. Perang besar yang Allah telah jelaskan sebagai pertempuran furqan, pembeda antara yang haq dengan yang bathil.
Perang ini dimulai ketika Nabi Muhammad mendengar kabar bahwa Abu Sufyan telah memimpin sebuah karavan besar dengan ratusan onta. Maka Rasul memutuskan untuk menghadang rombongan yang hendak menyuplai orang-orang Quraisy yang sebelumnya telah merampas hak-hak kaum muslim.
Nabi Muhammad segera keluar Madinah bersama beberapa rombongan sahabat, 313 sahabat yang beriman. 313 sahabat dengan perlengkapan seadanya, hanya beberapa orang saja yang bersenjatakan lengkap.
Di lain sisi, Abu Sufyan yang terkenal cerdik telah mendengar berita penghadangan ini. Maka Abu Sufyan segera mengutus beberapa orang untuk menemui kaum Quraisy agar menyerang kaum muslimin. Maka, Abu Jahal dengan rasa benci yang terlalu tinggi terhadap Muhammad dan Islam segera menyiapkan 1.300 orang untuk menyerang Muhammad.
Sebenarnya, Abu Sufyan sudah berhasil lolos dari hadangan pasukan muslimin. Dan Abu Sufyan juga sudah mengirim utusan kepada Abu Jahal untuk menarik pasukannya kembali ke Makkah (yang kembali ke Makkah berjumlah 300 orang), tapi Abu Jahal ingin tetap berperang melawan Muhammad.
Di sinilah Rasul mendengar berita bahwa Abu Sufyan telah berhasil lolos, dan di hadapan kaum muslim justru ada pasukan yang dipimpin Abu Jahal dengan jumlah yang tak seimbang. Rasullulah segera mengumpulkan para sahabat, lalu beliau bersabda, "Aku menjanjikan kepada kalian bahwa kita akan keluar dan menyerang karavan Abu Sufyan dan mengganti kerugian kita ketika di Makkah dan kembali dengan ghanimah ke Madinah, tapi seperti yang kalian ketahui bahwa Abu Sufyan berhasil lolos melewati rute yang lain untuk menuju Makkah. Dan sekarang kaum Quraisy telah keluar dengan 1.000 pasukan untuk menghadapi dan memerangi kalian, jadi pendapat kalian?"
Lihatlah bahwa Rasulillah dan para sahabat tidak siap untuk menghadapi 1.000 pasukan yang dipimpin oleh Abu Jahal.
Diskusi terus berlanjut, dan Rasul kembali bersabda, "Aku menjanjikan kepada kalian satu hal, tapi sekarang menjadi perang dengan orang-orang yang jumlahnya tiga sampai empat kali lipat jumlah kita, dan mereka lebih siap dari kita. Jadi bagaimana menurut kalian?"
Setelah Abu Bakar dan Umar bin Khattab menyampaikan pendapatnya, maka giliran Al-Miqdad bin Aswad berdiri dan ia berkata, "Wahai Rasulillah...!!! Apakah kau pikir kami akan berkata padamu apa yang dikatakan Bani Israel kepada Musa, ketika Musa memerintah mereka untuk memasuki Yerusalem, maka Bani Israel berkata kepada Musa, 'Kau dan Tuhanmu pergilah. Kami akan tetap di sini.'"
Al Miqdad terdiam sejenak dan ia tetap berdiri di tengah-tengah kerumunan para sahabat, lantas ia melanjutkan perkataanya, "Ya Rasulullah...!!! Kami tidak akan mengatakan seperti perkataan dari Bani Israel. Kami akan berkata padamu, 'Kau dan Tuhanmu pergilah. Kami akan ikut bersamamu.'"
Abu Bakar, Umar, dan Al-Miqdad adalah tiga sosok pemimpin dari Muhajirin, dari orang-orang yang berhijrah. Sedangkan dari 313 pasukan tersebut mayoritas berasal dari kaum Anshar Madinah. Maka Rasulillah dengan kebijaksanaannya ingin mendengar pendapat dari kaum Anshar. Beliau bertanya kepada mereka, "Katakanlah apa yang kalian pikirkan. Berilah aku saran. Katakan!!!"
Giliran Sa'ad bin Mu'adh, seoarang pemimpin dari kaum Anshar. Siapa yang tidak mengenal beliau, beliau lah yang dimaksud dari hadist Rasulillah SAW, "Inilah seseorang yang dikarenakan kematiannya singgasana Allah berguncang."
Sa'ad bin Mu'adh langsung berdiri, ia berkata kepada Rasulullah SAW, "Wahai Rasulullah...!!! Allah telah mengutusmu kepada kami dengan membawa kebenaran. Dan kami mengikutimu. Kau memberi perintah kepada kami, maka kami mematuhimu. Kau melarang kami, maka kami pun meninggalkannya."
Kedua mata Sa'ad melihat sekeliling para sahabat, lalu ia melanjutkan perkataanya, "Wahai Rasulullah...!!! Kami telah memberikan sumpah dan ikrar kami kepadamu bahwa kami akan tetap berdiri bersamamu bagaimanapun situasinya. Dan demi Allah, jika kau melintasi samudra, maka kami akan berada di belakangmu. Hari ini adalah hari di mana Allah Azza wa Jalla ingin menunjukkan kepadamu bahwa kami adalah pria sejati dan kami patuh terhadap kata-katamu. Dan demi Allah, kami sangat sabar berkenaan dengan pertarungan dan sangat teguh berkenaan dengan perang."
Rasulillah akhirnya melihat semangat yang luar biasa dari para sahabat. 313 orang dengan 2 kuda dan 70 onta, setiap onta mengankut 2 atau 3 orang sahabat termasuk Nabi Muhammad SAW. Bahkan Rasulillah SAW berbagi satu onta dengan Ali bin Abi Thalib r.a dan Usama r.a.
Ali dan Usama saling bertatap mata, "Bagaiman mungkin kita saling berbagi onta dengan Rasulullah SAW? Biarkan Rasulullah yang naik, dan kami yang berjalan."
Mereka segera bertanya pada Rasulillah SAW, "Ya Rasulullah, bagaimana jika engkau yang menaiki ontanya, dan kami yang berjalan?"
Maka Rasul bersabda kepada mereka, "Kalian tidak lebih kuat dariku untukku tidak berjalan, dan tidak juga kalian lebih baik dariku untukku tidak mendapatkan pahala dari Allah Azza wa Jalla."
Lihatlah, betapa rendah hatinya seorang Nabi kepada sahabat dan untuk orang-orang yang beriman. Mereka menuju Badar, 150 kilometer dari Madinah, setengah perjalanan menuju Makkah.
Keyakinan para sahabat sudah bulat, bagaimana mereka akan kalah jika Allah bersama mereka meski di depan ada pasukan yang jumlahnya jauh melebihi mereka. Bagaimana pasukan kecil akan kalah jika mereka didukung oleh Allah dan Rasul serta Malaikat-Nya.
Ada dua pilihan di hadapan mereka, mati syahid dan mendapat kemulyaan di syurga ataukah pulang dengan membawa kemenangan.
Segera setelah sampai di Badar, Rasulillah segera memerintahkan kepada para sahabat unutk membagi jumlah pasukannya. Pasukan Anshar dipimpin oleh Sa'ad bin Mu'adh, dan dari Muhajirin dipimpin oleh Ali bin Abi Thalib. Dari sayap sebelah kanan dipimpin oleh Zubair bin Al-Awwam yang mengendarai kuda. Dan dari sayap kiri dipimpin oleh Al-Miqdad bin Aswad yang juga mengendarai kuda. Sedangkan bendera perang dibawa oleh Musab bin Umair. Dan kepemimpinan perang berada pada Rasulillah SAW sendiri.
Pada malam ke-17 Ramadhan, Allah membuat seluruh sahabat tertidur dengan pulas. Hanya Rasulillah SAW yang tetap terjaga. Beliau tetap terjaga di bawah naungan Allah Azza wa Jalla, Rasulullah sepanjang malam melakukan shalat dan berdo'a agar Allah senantiasa memberikan pertolongan kepada kaum muslimin yang sedikit jumlahnya.
Dan di pagi hari, tepat hari ke-17 Ramadhan, telah tertata rapi barisan musuh tepat di depan perkemahan kaum muslimin. Allah telah mengabulkan do'a-do'a Rasulillah, pasukan musuh yang berjumlah besar itu tampak sangatlah kecil di mata para sahabat.
Majulah utusan Quraisy, ia meminta untuk mengirim tiga orang muslim yang terkuat untuk maju ke medan perang untuk melawan tiga orang terkuat dari kaum Quraisy.
Tiga orang dari Quraisy itu adalah Utbah, Sheibah, dan anaknya Al-Walid bin Sheibah. Maka Rasulillah segera mengutus tiga orang dari Anshar Madinah tapi pihak Quraisy menolak untuk bertempur dengan ketiga orang Anshar tersebut dengan alasan bahwa mereka hanya ingin bertempur melawan kaum mereka sendiri, yaitu sama-sama berasal dari Makkah.
Jadi Rasulullah berseru kepada pasukan, "Wahai Hamzah, wahai Ali, wahai Ubaidah...!!! Bangunlah untuk syurga. Luasnya pintu syurga seluas langit dan bumi. Bangun...!!! Bangun dan lawanlah orang-orang ini."
Tak menunggu waktu lama, mereka pun berdiri. Ketahuilah bahwa Hamzah, Ali, dan Ubaidah adalah sahabat sekaligus keluarga dekat dari Nabi Muhammad SAW.
Akhirnya pertarungan dimulai, Hamzah dan Ali berhasil membunuh musuhnya masing-masing. Sedangkan Ubaidah terluka terkena sabetan pedang, dan setelah itu Hamzah bersama Ali membantu Ubaidah untuk membunuh musuh terakhir itu. Ketiga orang tertangguh dari Quraisy telah berhasil dilumpuhkan. Kejadian ini tentu saja menambah semangat dari orang-orang yang beriman dan menurunkan moral dari orang-orang kafir Quraisy.
Dan saatnya, 313 melawan 1.000 pasukan. Rasulillah segera berdo'a, "Ya Allah, kemenangan yang telah Engkau janjikan padaku."
Lalu Rasulillah keluar dari tendanya dan berseru, "ALLAHUAKBAR....!!! Jibril dengan 3.000 Malaikat telah turun untuk membantu umat muslim."
Dan saya pernah membaca suatu riwayat bahwa pasukan Quraisy juga didatangi oleh setan yang berwujud manusia, ia bernama Suraqah bin Malik. Suraqah memberi semangat kepada kaum kafir dengan berkata, "Kau tak akan kalah karena aku bersama kalian. Dan aku lah yang akan membantu kalian."
Tapi ketika Suraqah bin Malik melihat Jibril, Mikail, dan ribuan Malaikat turun ke bumi, maka ia pun melarikan diri. Maka Abu Jahal berteriak memanggilnya, "Wahai Suraqah...!!! Kemana engkau hendak pergi?" Maka setan itu pun menjawab, "Aku bebas dari kalian. Aku mengundurkan diri dari kalian."
Ketahuilah kalian siapakah yang berhasil mendekati dan merobohkan Abu Jahal?
Mereka adalah dua anak kecil dari kaum Anshar Madinah, mereka bernama Muadh bin Affrah (syahid) dan Muadh bin Amr Al-Jammuh.
Allah memenuhi janji-Nya... Allah telah memberi kemenangan kepada kaum muslim dalam pertempuran ini. 70 orang kafir telah terbunuh dan 70 menjadi tawanan. Sedangkan dari kaum muslimin hanya 14 orang yang menemui syahid. Dan yang terbunuh dari kafir Quraisy kebanyakan adalah para pemimpinnya. Yaitu Abu Jahal, Umayyah, Utbah, Sheibah, dan Al-Walid. Mereka lah yang paling sering menghina Rasulillah SAW.
Sejarah telah membuktikan, bahwa banyak kelompok kecil mengalahkan kelompok yang besar. Ingatlah, bahwa kebenaran selalu ada, bahwa kebenaran selalu megalahkan kebathilan.
"Al-haqqu min rabbika falaa takuunanna minal mumtariin..."
"Kebenaran itu adalah dari Rabb-mu, sebab itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu..." (Al-Baqarah: 147)
Maha BENAR Alloh dari segala firman-Nya karena SUNGGUH kebenaran itu yang mutlak hanya dari Alloh \Azza wa jalla dan yang salah hanya dari saya sendiri.Dan hanya tempat berlindung dari segala sesuatu; penyakit dan sifat yang trecela hanya kepada Alloh swt.
BalasHapusDan sungguh benar ucapan Nabiyulloh tentang malaikat yang diturunkan oleh Alloh swt sebagai pembantu sehingga dimenangkan-Nya pertempuran yang sangat menggetarkan karena mereka adalah seorang Nabi dan para sahabatNya yang teguh dan tidak takut mati. Subhanalloh
Hapus