Di tengah kesibukan mengurusi umat, perang, keluarga, dan masalah-masalah duniawi, Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam selalu memberi dan menakar sesuatu sesuai dengan haknya. Beliau memberikan anak-anak kecil haknya untuk disayang dan dimanja. Beliau seringkali bermain dan bercanda bersama mereka, untuk membuat mereka ceria dan senang.
Diriwayatkan
oleh Abu Hurairah, “Mereka (anak-anak itu) berkata, “Ya Rasulullah, mengapa
engkau bercanda dengan kami?” Kemudian Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi
wassalam pun menjawab,
“Ya, akan tetapi aku selalu berkata benar,
walau dalam senda gurau.” (H.R.
Ahmad)
Di
antara candaan beliau adalah apa yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik bahwa
beliau memanggilnya dengan sebutan, “wahai orang yang berkuping dua.” (H.R. Abu Daud).
Seorang
anak kecil bernama Abu Umair adalah anak Ummi Sulaim yang sering diajak
bercanda oleh Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam. Pada suatu hari,
terlihat wajah anak ini kelihatan murung. Rupanya dia sedang bersedih karena
burung pipit peliharaannya mati. Kemudian Rasulullah pun menghampirinya dan mencoba
untuk menghiburnya dengan berkata, “Hai Abu Umair, apa yang dilakukan burung
pipitmu?” (Muttafaq ‘alaih)
Selain
bercanda dengan anak-anak, beliau juga bercanda dengan orang-orang dewasa. Pada
suatu ketika, seorang pria Badui bernama Zahir bin Hiram sedang berjalan
berkeliling untuk menjual dagangannya. Dia termasuk lelaki yang buruk rupanya.
Lalu Rasulullah diam-diam menghampirinya dari belakang. Kemudian beliau pun
memeluknya dan menutup kedua mata Zahir dengan telapak tangan beliau. Hal ini
tentunya dengan maksud bercanda, sehingga Zahir pun berteriak, “Lepaskan aku...
Lepaskan aku... Siapa ini?” Lalu Nabi Muhammad pun melepaskan pelukannya.
Ketika mengetahui bahwa yang mendekapnya adalah Rasulullah, Zahir bin Hiram pun
merapatkan dadanya kepada Rasulullah dan beliau masih saja mencandainya, “Siapa
yang mau membeli budak (seperti kamu) ini?” Zahir berkata, “Ya Rasulullah,
kalau begitu aku tidak laku.” Rasulullah menjawab, “Ya, kamu di sisi Allah
mahal harganya.” (H.R. Ahmad)
‘Wahai Aisyah! Sesungguhnya orang yang paling
berat siksanya di hari kiamat adalah orang yang membuat sesuatu menyerupai
ciptaan Allah.’” (Muttafaq ‘alaih)
Namun,
walaupun Nabi Muhammad sering bercanda, beliau tidak pernah tertawa berlebihan
sampai terbahak-bahak. Bila ada hal yang lucu, beliau hanya tersenyum. Hal ini
sebagaimana yang dikatakan oleh Aisyah, istri beliau tercinta,
“Aku belum pernah melihat Rasulullah tertawa
lebar sampai gusinya kelihatan, melainkan beliau cukup tersenyum.” (Muttafaq
‘alaih)
Akan
tetapi, wajah Rasulullah yang tampak ceria dan murah senyum itu serta merta
akan berubah menjadi merah padam apabila melihat kemungkaran atau hak-hak Allah
diinjak-injak dan dihina. Aisyah menceritakan, “Waktu pulang dari bepergian,
tiba-tiba Rasulullah melihat tabir di serambi kamarku yang bergambar patung.
Wajahnya tiba-tiba merah karena marah dan beliau segera melepasnya sambil
berkata,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar